REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona merah pada perdagangan sesi II, Rabu (10/6). Indeks saham melemah 2,27 persen atau berkurang 114,37 poin ke posisi 4.920,68. Pelemahan IHSG ini mengikuti sebagian besar bursa saham Asia.
"Perdagangan tampaknya diwarnai aksi profit taking," kata Direktur Riset Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, Rabu (10/6).
Menurut Nico, pelaku pasar juga sedang menunggu dan melihat hasil pertemuan bank sentral Amerika Serikat, The Fed, yang akan di rilis dalam waktu dekat. The Fed rencananya akan merilis proyeksi pertumbuhan serta beberapa data ekonomi.
Ditengah harapan pemulihan ekonomi, Bank Dunia merilis laporan Prospek Ekonomi Global yang memproyeksikan ekonomi global akan mengalami kontraksi. Dalam laporan tersebut PDB global tahun ini diperkirakan akan menyusut 5,2 persen. Sedangkan di negara berkembang akan menyusut 2,5 persen.
Di Indonesia, Bank Dunia memprediksi ekonomi dalam negeri tidak akan mengalami pertumbuhan atau nol persen. Asumsi ini mempertimbangkan pemberlakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang menahan laju roda ekonomi.
Pandemi covid-19 telah menghambat pertumbuhan ekonomi. Kebijakan karantina atau lockdown yang di lakukan untuk mencegah penyebaran virus corona secara masif memberikan kontribusi perlambatan pertumbuhan ekonomi yang menyebabkan kontraksi tajam pada aktivitas ekonomi serta mengubah pasar keuangan global secara drastis.
Sentimen lainnya yang membebani pasar adalah data ekonomi yang dirilis oleh Biro Statistik Nasional China. Rilis tersebut menunjukkan indeks harga produsen untuk Mei turun 3,7 persen dari tahun sebelumnya. Penurunan ini lebih besar dari konsensus para ekonom yang memprediksi penurunannya 3,3 persen.
Selain itu, ekspor China pada Mei lalu juga mengalami kontraksi akibat pandemi Covid-19. Impor pun turun semakin dalam di tengah tekanan terhadap sektor manufaktur sehingga menekan pertumbuhan ekonomi.