REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Patung Robert Milligan dilengserkan dari tempatnya yang berada di luar museum London, Inggris, pada Selasa (9/6). Sosok tersebut merupakan pedagang budak abad ke-18 dan dianggap menjadi gambaran Inggris memandang sejarah.
Patung-patung yang memuliakan pedagang budak dan penjajah telah menjadi fokus tajam dalam beberapa hari terakhir. Kritik tajam mulai bermunculan sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas yang protes Black Lives Matter yang dimulai di Amerika Serikat (AS) setelah kematian George Floyd.
"Meskipun kebenaran yang menyedihkan bahwa sebagian besar kekayaan kota dan bangsa kita berasal dari perdagangan budak, ini tidak harus dirayakan di ruang publik kita," kata Wali Kota London Sadiq Khan melalui akun Twitter sambil memperlihatkan foto patung Milligan.
Patung Milligan berdiri di depan Museum London Docklands, di tepi distrik bisnis mewah Canary Wharf. Wilayah ini dikelilingi oleh distrik Tower Hamlets yang multi-etnis dan kelas pekerja. Sosoknya dinilai berjasa karena memiliki perkebunan gula di Jamaika dan terlibat dalam pembangunan West India Docks London.
Para penonton bersorak dan bertepuk tangan ketika para pekerja dengan jaket berwarna hijau terang mencopot patung itu dari alasnya, lalu mengangkatnya dengan truk derek. Wali Kota Tower Hamlets, John Biggs, mengatakan merasa sangat tidak pantas meninggalkan patung begitu saja. Sementara waktu patung akan disimpan dan untuk nasib selanjutnya, dia akan melakukan diskusi lebih lanjut.
"Orang-orang mengira dia hanya seorang pengusaha yang membantu membangun dermaga. Tetapi ketika Anda menggali ke dalamnya, Anda mengetahui bahwa sebenarnya dia adalah seorang pedagang budak," kata Biggs.
Keputusan untuk menurunkan patung itu diterima oleh pemilik tanah, badan yang disebut Canal and River Trust. "Kami mengakui keinginan masyarakat setempat tentang patung Robert Milligan di London Docklands," kata lembaga tersebut dalam sebuah pernyataan.
Sebelum penurunan patung Milligan, Khan memerintahkan peninjauan patung dan nama jalan di London. Langkah ini dilakukan sebagai tanggapan atas protes massa di London dan di tempat lain.
Khan mengatakan komisi akan meninjau patung, plakat, dan nama jalan yang mencerminkan perluasan cepat kekayaan dan kekuasaan London pada puncak kerajaan Inggris pada masa pemerintahan Ratu Victoria. "Keragaman ibu kota kami adalah kekuatan terbesar kami. Namun patung, nama jalan, dan ruang publik kami mencerminkan era yang sudah berlalu," katanya.
Akhir pekan lalu, pengunjuk rasa di kota pelabuhan Inggris Bristol merobohkan patung pedagang budak abad ke-17 Edward Colston dan melemparkannya ke pelabuhan. Di Oxford lebih dari 1.000 demonstran menuntut pencabutan patung penjajah Cecil Rhodes pada Senin (8/6).
Perdana Menteri Boris Johnson mengatakan penurunan patung Colston adalah tindakan kriminal karena dilakukan secara paksa. Menteri Dalam Negeri Priti Patel menyebut peristiwa tersebut sangat memalukan.
Pedagang Inggris memainkan peran utama dalam perdagangan budak yang melintasi Samudra Atlantik, deportasi terbesar dalam sejarah yang diketahui. Sebanyak 17 juta pria Afrika, wanita, dan anak-anak ditarik paksa dari rumah mereka dan dikirim ke Amerika antara abad ke 15 dan 19. Kapal-kapal kembali ke Eropa dengan gula, kapas, dan tembakau yang dibudidayakan oleh para budak di perkebunan.