REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Penjualan daring merek fesyen Zara melonjak 95 persen pada April karena toko-tokonya tutup selama lockdown Covid-19 di sebagian besar Eropa. Perusahaan Inditex, pemilik Zara, memperkirakan bagian dari pergeseran itu akan permanen, dengan seperempat penjualan diharapkan akan online pada 2022, naik dari 14 persen pada 2019.
Meski begitu, perusahaan membukukan kerugian kuartalan pertama kalinya karena penjualan keseluruhan turun, dilansir di BBC, Rabu (10/6). Penjualan turun menjadi 3,3 miliar euro untuk tiga bulan pertama bulan itu, turun dari 5,9 miliar euro setahun sebelumnya.
Akibatnya terjadi kerugian kuartalan sebesar 409 juta euro untuk perusahaan Spanyol ini, yang juga memiliki merek Bershka dan Pull & Bear. Inditex mengatakan akan menghabiskan 900 juta euro setahun untuk tiga tahun ke depan pada toko-toko besar dan terpusat dan platform daringnya. Ini akan menutup lebih dari 1.000 toko kecil dalam proses.
Diperkirakan sebagian besar toko akan buka pada akhir bulan ini. Perusahaan memiliki keuntungan besar dibandingkan banyak pesaing High Street, berkat cadangan kasnya.
Inditex memiliki 5,8 miliar euro, dibandingkan dengan 6,7 miliar euro tahun lalu.
"Lockdown mempercepat tren yang ada, memaksa peritel untuk mengakui era digital telah tiba," kata Sophie Lund-Yates, dari pialang saham Hargreaves Lansdown.
"Pemilik Zara sudah bekerja untuk meningkatkan kemampuan daring mereka tetapi lockdown telah mengantar pada urgensi baru," tambahnya.