REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelatih dan koordinator tim paracycling Indonesia, Fadilah Umar mengatakan, pemusatan latihan nasional (pelatnas) untuk Paralimpiade 2020 mulai digelar meski baru diisi program latihan tanpa tatap muka akibat pandemi Covid-19 yang belum reda. Pelatnas digelas sesuai protokol olahraga dalam masa New Normal yang dikonsep Kemenpora.
"Sejak bulan ini sudah dimulai lagi setelah ada kebijakan baru dari Kemenpora karena masih ada sisa persiapan untuk ASEAN Paragames selama dua bulan dan Paralimpiade lima bulan yang harus dijalankan," kata Fadilah saat dikonfirmasi Antara dari Jakarta, Rabu (10/6).
Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Zainudin Amali, sebelumnya menjabarkan rencana aktivitas keolahragaan di tengah pandemi. Penjelasan tersebut disampaikan Menpora saat menjadi narasumber di acara Webinar Keolahragaan dengan tema ''PON dan Prestasi Olahraga di Era Pandemi Covid-19'' di kantor Kemenpora, Jakarta, Jumat (5/6).
Dalam pemaparannya secara virtual itu, Menpora Zainudin Amali menyebut pemerintah melalui Kemenpora akan menerbitkan protokol olahraga dalam masa kenormalan baru. Pemerintah akan segara menerbitkan protokol bagi para atlet agar bisa kembali mengelar latihan maupun melanjutkan kompetisi olahraga nasional.
''Untuk rumusan protokol keolahragaan, kami akan koordinasi dengan Kemenko PMK, Kemenkes, dan Gugus tugas Covid-19," ujarnya.
Konsep protokol olahraga tatanan norma baru (New Normal) ini yaitu pemusatan latihan yang meliputi latihan mandiri dengan virtual atau latihan terisolasi dengan pembatasan ketat merujuk pada protokol keolahragaaan tatanan norma baru.
Pelatnas Mandiri
Sebelumnya, delapan cabang olahraga Paralimpiade yang menjalankan pelatnas di Kota Solo, Jawa Tengah terpaksa dihentikan pada Maret. Seluruh atletnya dipulangkan ke daerah masing-masing.
Kini, dalam bentuk latihan di era normal baru ini, pelatih memberikan program latihan kepada para atlet yang nantinya akan dilaporkan oleh atlet setelah selesai berlatih untuk keperluan evaluasi.
Latihan secara daring dilakukan sebanyak 5-6 kali dalam satu pekan dan dilaksanakan setiap pagi. Dalam periode satu pekan tersebut, latihan terdiri dari tiga kali latihan menggunakan sepeda dan tiga kali pengkondisian stamina serta latihan beban.
"Istilahnya ini pelatnas mandiri, dan karena di paracycling tidak ada lomba sampai akhir 2020 jadi kami latihannya hanya jaga kondisi badan. Latihan berdasarkan perlengkapan yang dimiliki atlet, makanya kami data mereka punya apa di rumah. Kami buatkan program latihan sesuai yang mereka punyai," kata Fadilah memaparkan.
Meski program latihan di masa normal baru ini dirasa kurang maksimal, namun tim paracycling mengambil sisi positifnya dari aspek ekonomi. Ia menceritakan, sejak pelatnas dihentikan pada bulan Maret, praktis atlet tidak menerima gaji.
Selama tiga bulan, yaitu pada Maret-Mei, atlet tidak memiliki pemasukan karena mereka tidak mengikuti pelatnas meski tetap melakukan latihan mandiri di rumah.
"Meski latihan mandiri dan kami pantau dari jauh ya tidak gajian. Untungnya ada kebijakan baru dari Kemenpora untuk melanjutkan pelatnas per bulan ini," katanya menceritakan.
Paracycling menjadi salah satu cabang olahraga yang berhasil meloloskan salah satu atletnya ke ajang Paralimpiade Tokyo 2020, yaitu M. Fadli Imammuddin. Nantinya, Fadli dibidik untuk turun pada nomor Track yang diprediksi punya peluang bagus dari pada nomor ITT atau Road Race.