Rabu 10 Jun 2020 22:42 WIB

Pengelolaan Hutan Berkelanjutan Untungkan Ekonomi RI

Keuntungan dari hutan bukan hanya kayu tetapi juga produk turunan lainnya.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Dwi Murdaningsih
Matahari mulai naik melalui celah pohon-pohon diantara bunga Bluebells atau juga dikenal sebagai Hyacinth liar yang mekar di hutan Hallerbos di Halle, Belgia, Kamis (16/4). Bluebells tumbuh di hutan kuno di mana bunga Bluebells yang mekar mendominasi lantai hutan dan menghasilkan hamparan bunga berwarna ungu-biru.
Foto: AP/Virginia Mayo
Matahari mulai naik melalui celah pohon-pohon diantara bunga Bluebells atau juga dikenal sebagai Hyacinth liar yang mekar di hutan Hallerbos di Halle, Belgia, Kamis (16/4). Bluebells tumbuh di hutan kuno di mana bunga Bluebells yang mekar mendominasi lantai hutan dan menghasilkan hamparan bunga berwarna ungu-biru.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasimendorong pengelolaan hutan secara berkelanjutan. Tak hanya berdampak positif bagi lingkungan,  pengelolaan hutan berkelanjutan juga mendatangkan keuntungan ekonomi bagi Indonesia.

Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan, Kemenko Marves, Nani Hendiarti, mengatakan, potret pengelolaan hutan Indonesia saat ini sudah cukup positif. Meski demikian, pemerintah ingin tetap konsisten terhadap upaya pelestarian hutan.

Baca Juga

"Karena kalau hutan kita lestari Indonesia akan mendapatkan banyak sekali benefit," kata Nani di Jakarta, Rabu (10/6).

Nani mengatakan, keuntungan dari hutan bukan hanya berupa kayu tetapi juga produk-produk turunan hasil hutan lainnya. Seperti madu hutan hingga tanaman herbal yang tumbuh di hutan. Terkait pemanfaatan tanaman herbal yang tumbuh di hutan, Nani menilai hal tersebut bisa menjadi peluang bagi industri kecil menengah di masa pandemi covid-19.

"Karena sekarang kita dituntut menjaga imunitas tubuh dan berupaya memutus rantai covid-19, sekarang produk herbal dan natural itu jadi tren. Ini bisa membantu industri kecil menengah. Mereka bisa memproduksi lalu produknya sangat bisa diserap pasar," ucapnya.

Peluang lainnya, adalah memanfaatkan hutan sebagai destinasi wisata berbasis alam. Nani memprediksi, rekreasi berbasis alam atau kehutanan akan menjadi alternatif di masa era kenormalan baru atau new normal. Deputi Nani mengatakan, ada lebih dari 100 lembaga konservasi di Indonesia yang siap mengembangkan pontensi wisata alam di penjuru Tanah Air.

"Kami melihatnya ini menjadi opportunity karena alam saat ini lebih dekat dengan kita. Di masa new normal nanti kita juga harus menjaga jarak. Wisata alam bisa menjadi alternatif. Dalam urusan ini cukup banyak yang akan mengurusi ada lebih dari 100 lembaga konservasi. Dengan kebijakan yang baru akan kita dorong untuk opsi wisata alam," ucapnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement