REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Penyanyi Taylor Swift sekali lagi menggunakan media sosialnya untuk bersuara mengenai kondisi sosial. Pada Selasa (9/6), dia mengunggah utas di Twitter yang mendesak adanya perubahan untuk melawan kebrutalan polisi dan aksi rasisme.
"Ketidakadilan rasial telah berurat dan berakar di pemerintah daerah dan negara bagian, perubahan harus dilakukan di sana," tulis pelantun tembang "You Need to Calm Down" itu pada cicitan pertamanya.
Dia menyerukan perubahan kebijakan, serta mengajak masyarakat untuk memilih orang yang tepat pada posisi penting dalam pemerintahan. Dengan demikian, orang-orang terpilih itu akan berperang melawan kebrutalan dan rasisme.
Dengan mencantumkan tagar #BlackLivesMatter, Swift juga menyematkan tautan ke artikel yang ditulis Barack Obama. Presiden Amerika Serikat ke-44 itu menulis artikel berjudul "How to Make this Moment the Turning Point for Real Change".
Swift berpendapat, artikel Obama sangat menarik karena mengulas tentang perubahan kebijakan di tingkat lokal dan negara bagian. Pada tulisannya, Obama menyoroti pentingnya memilih serta berpartisipasi dalam politik elektoral selain menggencarkan protes.
Menurut Obama, protes berguna untuk meningkatkan kesadaran publik dan menyoroti ketidakadilan. Meski demikian, pada akhirnya aspirasi harus diterjemahkan ke dalam undang-undang dan praktik kelembagaan, yang artinya memilih pejabat pemerintah yang responsif.
Pada cicitan terakhir di utasnya, Swift berbagi sentimen yang sama. Dia mendesak orang-orang untuk memperjuangkan akses ke surat suara untuk pemilihan umum 2020. Ada kekhawatiran bahwa pandemi Covid-19 menghalangi beberapa orang ke tempat pemungutan suara.
Pesan Swift muncul dua pekan setelah dia melontarkan kritik terhadap Presiden Donald Trump. Pasalnya, Trump mengancam akan mengirim militer untuk campur tangan dalam aksi protes dan kerusuhan yang terjadi atas pembunuhan George Floyd.
Ancaman Trump secara eksplisit disampaikan lewat Twitter, yang ditandai oleh Twitter karena dianggap melanggar kebijakan terkait konten kekerasan. Trump menyebut para demonstran sebagai 'preman' yang 'tidak menghormati ingatan George Floyd'.
Swift segera melontarkan tanggapan keras terhadap status Trump. Sebelum ini, Swift kerap bersuara mengenai politik dan ketidaksepakatan atas iklim politik. Dia juga pernah menulis lagu bermuatan kritik berjudul "Only The Young".
"Setelah menyalakan api supremasi kulit putih dan rasisme di seluruh masa kepresidenan Anda, Anda memiliki keberanian untuk berpura-pura menunjukkan superioritas moral sebelum mengancam kami dengan kekerasan?" tulis Swift, dikutip dari laman People, Rabu (10/6).