Kamis 11 Jun 2020 10:50 WIB

WHO Minta Pakistan Kembali Berlakukan Lockdown

Kasus Covid-19 di Pakistan mencatat rekor harian tertinggi setelah lockdown dicabut.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Seorang polisi berjalan di depan toko yang tutup saat pembatasan karena Covid-19 masih berlaku  di Peshawar, Pakistan, Jumat (15/5).
Foto: EPA-EFE / SHAHZAIB AKBER
Seorang polisi berjalan di depan toko yang tutup saat pembatasan karena Covid-19 masih berlaku di Peshawar, Pakistan, Jumat (15/5).

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan agar pemerintah Pakistan memberlakukan kembali lockdown atau pembatasan ketat dan intermiten untuk membatasi penyebaran virus corona yang tinggi. Sebab, kasus-kasus di negara Asia Selatan itu meningkat secara eksponensial setelah sebagian besar pembatasan dicabut.

Kepala WHO Pakistan, Palitha Mahipala mengirimkan surat kepada pemerintah provinsi yang mengatakan negara itu tidak memenuhi salah satu dari enam kriteria teknis WHO untuk membuka lockdown. "Sampai hari ini, Pakistan tidak memenuhi persyaratan untuk membuka lockdown," kata surat tersebut dikutip Aljazirah, Kamis (11/6).

Baca Juga

Dalam suratnya, WHO mengatakan tingkat jumlah pasien positif Covid-19 di Pakistan terlalu tinggi atau 24 persen yang menunjukkan bahwa tidak cukup pengujian yang dilakukan. Badan global itu merekomendasikan agar Pakistan meningkatkan pengujian harian menjadi lebih dari 50 ribu per hari.

Kapasitas pengujian saat ini adalah sekitar setengah dari jumlah yang direkomendasikan. Menurut data pemerintah Selasa (10/6) sebanyak 23.799 pasien dites untuk virus corona di seluruh negeri.

WHO juga mengatakan sistem pengawasan negara untuk mengidentifikasi, menguji, mengisolasi, perawatan medis, dan pelacakan kontak di negara itu lemah. "Ada kapasitas terbatas untuk memberikan perawatan kritis (hanya 751 ventilator yang dialokasikan untuk Covid-19) dan populasi tidak siap untuk beradaptasi dengan perubahan perilaku," kata Mahipala.

Surat WHO mencakup pemodelan kasus yang diproyeksikan berdasarkan berbagai bentuk pembatasan wilayah. Penerapan pembatasan dua pekan yang akan membawa puncak kasus Pakistan diperkirakan turun menjadi sekitar 400 ribu kasus.

 

Pemerintahan yang dipimpin oleh Perdana Menteri Imran Khan telah memberlakukan pembatasan dengan berbagai tingkat keketatan di sejumlah provinsi. Namun, Khan mencabut sebagian besar tindakan pembatasan pada akhir Mei, menjelang Hari Raya Idul Fitri lalu.

Pencabutan pembatasan memicu lonjakan kasus virus corona yang dikonfirmasi. Dalam laporan hariannya, Pakistan mencatat sekitar 1.700 kasus per hari sebelum relaksasi menjadi 5.385 kasus baru pada 9 Juni, rekor satu hari.

Sejauh ini, lima dari sembilan hari di bulan Juni telah membukukan catatan peningkatan kasus satu hari. Pakistan saat ini mencatat 113.702 kasus virus corona di seluruh negara dengan 2.312 kematian.

Perdana Menteri Khan memang telah lama menolak menerapkan kembali tindakan pembatasan. "Meskipun lockdown memperlambat penyebaran virus, kita juga harus menyadari bahwa Pakistan adalah negara miskin dan bahwa kita tidak punya pilihan selain membuka kembali negara itu," kata Khan.

"Seluruh dunia mengerti bahwa lockdown bukanlah solusi," ujarnya menambahkan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement