REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengungkapkan rehabilitasi Bendung Tirtonadi memberikan manfaat bagi pengendalian banjir di Kota Solo, Jawa Tengah.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan rehabilitasi Bendung Karet Tirtonadi merupakan bagian dari pekerjaan normalisasi Kali Pepe Hulu sepanjang 3.200 meter. Penggantian kantong karet menjadi lebar bentang 60 meter dari sebelumnya lebar 20 meter akan meningkatkan tampungan air pada musim kemarau dan mengendalikan debit banjir pada musim hujan.
"Pada musim kemarau, pintu bendung akan ditutup, sehingga menjadi long storage yang dapat menampung air kurang lebih 1 juta meter kubik. Pada musim hujan akan dibuka dengan kapasitas pengaliran air 1.048 meter kubik per detik, atau lebih besar dari debit awal 390 meter kubik per detik, sehingga manfaatnya juga untuk meningkatkan kapasitas debit sungai,” kata Menteri PUPR dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis (11/6).
Fungsi Bendung Karet Tirtonadi akan menurunkan elevasi banjir 2,1 meter dan mengurangi risiko banjir seluas 110 hektar di beberapa wilayah di Kota Solo seperti Kecamatan Banjarsari.
Pembangunannya dilakukan oleh Kementerian PUPR melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo, Ditjen Sumber Daya Air selama 810 hari kalender pada tahun 2016-2018, dengan anggaran sebesar Rp 182,3 miliar.
Rehabilitasi Bendung Karet Tirtonadi menerapkan inovasi kantong karet yang dipasang melintang sungai untuk menaikkan tinggi muka air. Teknologi ini dilengkapi dengan gate panel yang terbuat dari baja dengan ketebalan 16 mm dan tinggi 305 cm saat pembendungan dan 32 cm saat kondisi flat.
Keunggulan teknologi tersebut di antaranya waktu pengoperasian yang relatif singkat, mampu melindungi air blader dari material sungai, tahan terhadap perubahan suhu ekstrim dan vandalisme.
Kehadiran Bendung Karet Tirtonadi tidak hanya sebagai pengendali banjir dan tampungan air baku, tapi juga sebagai objek wisata edukasi yang telah mencuri perhatian masyarakat karena dilengkapi dengan taman yang menjadi ruang terbuka publik.
Pada masa sebelum Pandemi Covid-19, Bendung Karet Tirtonadi kerap menjadi tujuan wisata untuk beragam kegiatan seperti bersantai, pertunjukan seni, berolahraga maupun sekadar swafoto.
Menteri PUPR menuturkan penataan kawasan Bendung Karet Tirtonadi merupakan bagian dari upaya untuk mengedukasi publik akan pentingnya air dan pengelolaan sumber-sumber air yang berkelanjutan.
“Pengelolaan air adalah urusan kita bersama termasuk masyarakat sebagai pemakai air. Oleh karena itu kita wajib melestarikan keberadaan sumber air, seperti tidak membuang sampah ke sungai,” ujar Menteri PUPR tersebut.