REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perencana keuangan Prita Ghozie mengatakan pandemi Covid-19 mengubah perilaku masyarakat dalam menentukan instrumen investasi. Sebab wabah ini mempengaruhi tingkat pendapatan.
Menurut Prita, masyarakat mencari investasi yang secara risiko bisa dikelola. "Jadi saat menempatkan uang, pasti akan benar-benar hati-hati, tidak mau sembarangan mencari aset investasi," kata dia dalam diskusi daring sebelum peluncuran ORI017 di Jakarta, Kamis (11/6).
Mengingat wabah virus corona ini mempengaruhi tingkat penghasilan, maka masyarakat saat ini juga tidak menoleransi adanya risiko likuiditas yang terlalu tinggi. Artinya, mereka ingin mencairkan uang yang sudah diinvestasikan jika sewaktu-waktu memerlukan dana segar.
Dia menyebut, masyarakat saat ini, juga menghindari instrumen investasi yang memiliki risiko gagal bayar. Untuk itu, instrumen investasi yang likuid dan bisa ditentukan jangka waktu pencairannya menjadi pilihan yang dicari.
Tak hanya itu, kemudahan dalam berinvestasi seperti dana investasi yang terjangkau dan bisa diakses secara digital juga banyak digemari masyarakat saat ini. Apalagi, saat pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
"Itu tren yang banyak dicari masyarakat, terutama mereka yang baru melek investasi. Dia akan cari investasi cukup dekat dengan mereka, mudah dijangkau dan bisa dilakukan dari mana saja," kata Prita.
Pemerintah bersiap menawarkan surat berharga negara (SBN) yaitu obligasi negara ritel (ORI) mulai 15 Juni hingga 9 Juli 2020. Prita mengatakan investasi itu bisa menjadi pilihan karena selain aman dan memberikan imbal hasil menarik, juga bisa berkontribusi bagi pembangunan negara.
"Apalagi sudah terjangkau bisa diikuti nominal Rp 1 juta, bisa beli SBN ritel, bebas tipu-tipu dan ini dikeluarkan negara dan dijamin negara itu fitur pembedanya," ujarnya.