Kamis 11 Jun 2020 20:32 WIB

Golongan Darah O Lebih Kebal Covid-19?

Studi awal tunjukkan golongan darah O punya lebih banyak perlindungan terhadap virus.

Rep: Umi Nur Fadhilah, Gumanti Awaliyah/ Red: Reiny Dwinanda
Rapid test Covid-19. Bukti awal menunjukkan, orang dengan golongan darah O disebut memiliki lebih banyak perlindungan terhadap virus.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Rapid test Covid-19. Bukti awal menunjukkan, orang dengan golongan darah O disebut memiliki lebih banyak perlindungan terhadap virus.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah perusahaan bioteknologi 23andMe melakukan sebuah pengujian terkait tipe darah dan perlindungan yang diberikannya terhadap SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19. Hasilnya ditemukan bahwa orang dengan tipe darah O memiliki lebih banyak perlindungan terhadap virus.

Penelitian telah berlangsung sejak April. Perusahaan melakukan studi ini guna membuktikan bagaimana genetika dapat berperan dalam keparahan infeksi. Penelitian yang melibatkan lebih dari 750 ribu peserta ini memukan bahwa golongan darah, ditentukan oleh gen ABO, dapat memengaruhi tingkat infeksi.

Baca Juga

"Data awal dari studi genetik Covid-19 yang sedang berlangsung di 23andMe tampaknya memberikan lebih banyak bukti bagaimana golongan darah seseorang berkontribusi pada kerentanan terhadap virus,” demikian kata penulis utama studi, Adam Auton seperti dikutip dari Times Now News, Kamis (11/6).

Menurut hasil studi, orang yang memiliki darah tipe O dapat menawarkan lebih banyak perlindungan terhadap virus. Berbagai bukti dari penelitian ini juga mengungkap bahwa persentase pasien dengan golongan darah O lebih kecil hanya 9 sampai 18 persen, dibandingkan dengan golongan darah lainnya.

Penelitian ini juga mempertimbangkan variabel lain seperti usia, jenis kelamin, Indeks Massa Tubuh (BMI), dan komorbiditas. Ditemukan bahwa ada sedikit perbedaan dalam kerentanan di antara golongan darah O dengan golongan darah lainnya.

"Ini masih awal, bahkan dengan ukuran sampel ini, mungkin tidak cukup untuk menemukan asosiasi genetik. Kami bukan satu-satunya kelompok yang melihat ini, dan pada akhirnya komunitas ilmiah mungkin perlu mengumpulkan sumber daya mereka untuk benar-benar mengatasi pertanyaan seputar hubungan antara genetika dan Covid-19,” jelas Auton.

Peneliti utama studi 23andMe, Adam Auton mengatakan laporan penelitian juga memaparkan hubungan antara Covid-9, pembekuan darah, dan penyakit kardiovaskular. Laporan-laporan itu memberikan beberapa petunjuk tentang gen mana yang mungkin relevan.

Pada Maret, para ilmuwan di Cina dengan cara yang sama menyimpulkan orang-orang dengan golongan darah O memiliki risiko yang jauh lebih rendah terinfeksi Covid-19. Temuan-temuan yang dirilis pada pra cetak situs medRxiv, sebuah situs web di mana peneliti kesehatan dapat menempatkan studi sebelumnya melalui proses peer-review ketat dibutuhkan oleh jurnal ilmiah.

Profesor di bidang farmakologi kardiovaskular dan racun di Reading University, Inggris, Sakthivel Vaiyapuri yang tidak menjadi tim peneliti mengatakan pekerjaan baru terbatas karena tim tidak mempertimbangkan beberapa faktor lain yang dapat membuat seseorang rentan terhadap Covid-19. Contohnya, orang yang sudah punya penyakit pernapasan atau peradangan sangat mungkin tertular infeksi.

Para peneliti juga perlu mempertimbangkan beberapa faktor lain untuk memahami mengapa golongan darah O tidak memberikan perlindungan 100 persen terhadap infeksi.

“Saya akan sangat menyarankan semua orang untuk sangat berhati-hati (terhadap virus corona), terlepas dari golongan darah mereka,” ujar Vaiyapuri.

Dia mengatakan semua bukti awal itu menunjukkan bahwa mungkin ada hubungan antara golongan darah dan infeksi Covid-19. Namun, tidak ada hasil menyimpulkan bahwa orang-orang golongan darah O itu 100 persen protektif terhadap infeksi dan orang-orang golongan darah 100 persen rentan terhadap infeksi.

"Jadi setiap orang harus mengikuti pedoman dari otoritas kesehatan dan berhati-hati untuk mencegah infeksi,” kata Vaiyapuri.

Profesor di departemen patologi di Universitas Michigan, Laura Cooling yang juga tidak bekerja pada penelitian itu mengatakan penelitian terbatas karena tim mengandalkan para peserta secara akurat melaporkan informasi, termasuk golongan darah mereka, infeksi Covid-19, dan paparan terhadap virus corona.

“Kita semua harus waspada. Risiko dan perilaku kesehatan dasar kita memainkan peran besar dalam risiko kita (dibandingkan golongan darah),” ujar Cooling.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement