REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK – Pesantren Az-Zikra belajar hidronopik kepada seorang praktisi bisnis hidroponik, Slamet Riyanto di Depok, Rabu (10/6). Rombongan asatidz (guru) dan tim khidmat Pesantren Az-Zikra Gunung Sindur, Bogor itu dipimpin oleh Ustadz Muhammad Muslih Aziz.
“Rombongan kami berjumlah 10 orang. Terdiri dari asatidz dan tim khidmat yang selama ini diamanahi untuk mengurus Pondok Pesantren Az-Zikra Gunung Sindur,” kata Ustadz Muslih Aziz melalui rilis yang diterima Republika.co.id.
Ia menambahkan, “Tujuan kedatangan Tim Azzikra tentu terkait dengan masa-masa di mana kita harus pintar mengatasi keadaan pandemic Covid-19 ini terutama untuk mereka yang berkhidmat di Azzikra Gunung Sindur. Baik dari tim asatidz maupun tim yayasan agar mereka memiliki ketahanan pangan lokal. Sehingga ada tambahan ilmu dan skill bagi mereka. Yakni bisa menghasilkan dari pekarangan rumah yang terbatas dengan untuk menghasilkan sesuatu dalam hal ini hidroponik.”
Ustadz Muslih mengungkapkan, Ponpes Az-Zikra dalam beberapa bulan terakhir sudah mengembangkan program menuju ketahan pangan berbasis pesantren. “Yang sudah kita lakukan di antaranya pembudidayaan ikan patin, ikan lele, ikan bawal dan ikan nila. Ikan-ikan tersebut kita sebar di beberapa kolam yang kita punya,” tuturnya.
Kemudian ada pula pohon bantuan dari IPB. Jumlahnya sekitar 1.200 pohon. Baik pohon yang berbuah ataupun pohon kayu, dari mulai kelengkeng, rambutan, mangg, durian dan seterusnya.
“Semuanya ini kita lakukan agar pesantren mempunyai ketahanan pangan dari hulu sampai hilir di bidang agribisnis, baik sayur-mayur, buah-buahan maupun perikanan,” paparnya.
Selain di Ponpes Az-Zikra Gunung Sindur yang akan dikembangkan dalam area cukup luas, kebun hidroponik itu juga akan dikembangkan di Ponpes Az-Zikra Sentul, Bogor. Luas arealnya sekitar 9.000 meter persegi.
“Karena itu, kami datang ke Pak Slamet Riyanto yang selama ini sudah sangat berpengalaman dalam bisnis hidroponik. Insya Allah beliau pun berkenan membantu Az-Zikra dalam mengembangkan bisnis hidroponik, baik di Sentul maupun Gunung Sindur,” kata Muslih.
Ia mengungkapkan, ke depan, dengan adanya kebun hidroponik itu, Pesantren Az-Zikra Gunung Sindur akan punya wisata agribisnis. Tidak hanya wisata religi, yakni ziarah ke makam pendiri dan pengasuh Az-Zikra, alm KH Muhammad Arifin Ilham dan masjid khas yang berkubah hijau. “Para pengunjung, termasuk para orang tua santri bisa sekalihgus belajar tentang kebun hidroponik. Mereka juga bisa mendapatkan bibitnya,” tuturnya.
Ia menjelaskan, hidroponik menarik bagi Az-Zikra karena sesuai dengan pasar Az-Zikra, khususnya orang tua murid. Mereka orang-orang urban yang juga concern terhadap kebutuhan pangan mereka. Misalnya menghindari penggunaan pestisida.
Ke depan, semua kebutuhan santri Az-Zikra, baik sayur-mayur, daging, ikan maupun buah-buahan semua didapatkan dari lahan pesantren sendiri. “Jadi, dari kita untuk kita. Lahan kita yang cukup luas tentu menjadi berkah sendiri buat kita,” papar Ustadz Muslih Aziz.
Slamet Riyanto mengatakan bisnis hidroponik itu menguntungkan. “Bisnis sayuran hidroponik secara ekonomi menguntungkan. Apalagi untuk saat ini banyak masyarakat yang sudah health care. Mereka memilih sayuran yang sehat dan tanpa pestisida, dan masyarakat sekarang sudah banyak yang paham segudang kelebihan sayuran hidroponik,” ujarnya.
Slamet Riyanto menambahkan, saat ini pasar sayuran hidroponik khususnya di kota besar seperti Jakarta terus berkembang. “Tidak hanya menjadi
langganan komunitasnya saja, kini pasar sayur yang dibudidayakan tanpa media tanah ini diincar oleh sejumlah supermarket ternama, bahkan sejumlah resto dan hotel ternama sudah mulai beralih ke sayuran hidroponik,” kata Slamet Riyanto yang sudah lima tahun menekuni bisnis sayuran hidroponik.
Ia mengungkapkan, bercocok tanam hidroponik sangat efisien. Tidak perlu lahan seluas bertani konvensional. Bahkan ada yang memanfaatkan dak atap rumah disulap menjadi kebun hidroponik.
“Kita bisa merencanakan dengan tepat kapan sayuran bisa dipanen. Dengan planting management yang cermat, petani hidroponik akan panen setiap hari dengan kualitas tanaman yang relatif sama,” tuturnya.
Ia menambahkan, sistem hidroponik juga efisien dari segi pupuk dan kebutuhan air. Tidak ada pupuk dan air yang hilang ditelan bumi, semuanya terserap untuk pertumbuhan tanaman. Dari segi harga produk hidroponik juga selisih lebih mahal dibanding dengan produk pertanian konvensional.
Slamet Riyanto mengemukakan, di masa pandemi Corana, banyak yang bekerja Work From Home (WFH) dan masih ada waktu luang.Sehingga, mereka mengsi waktu luangnya untuk berkebun yang simple, yaitu hidroponik.
“Selama masa pandemi khususnya bulan Ramadhan kami banyak menerima permintaan instalasi hidroponik untuk skala hobbi, rerata memilih satu instalasi memuat 64 lubang tanam,” ungkapnya.
“Sepuluh instalasi sudah kami kirimkan sekaligus tanaman pertama, pokoknya instalasi datang tinggal colokkan listrik untuk pompa, tunggu tak sampai lima hari tanaman sudah tumbuh,” ujarnya menambahkan.
Para pemesan rata-rata dari Jakarta, Bekasi, dan Depok. “Kami tidak menjual secara bisnis tapi lebih untuk menularkan virus agar mereka senang menanam, Ayo Menanam, itu slogan kami agar kita bisa mengatasi sendiri ketahanan pangan khususnya sayuran untuk keluarga,” papar Slamet Riyanto.