REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Terdapat tiga pekerjaan yang istimewa di mata Allah SWT dalam konteks hidup berdampingan satu sama lain sesama umat manusia. Yakni bersedekah, amar makruf (berbuat baik), dan membangun peradaban masyarakat.
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Helmy Faisal Zaini, mengatakan tidak ada gunanya berkumpul, berbangsa, bernegara dan berorganisasi kalau seluruh dimensi kegiatannya tidak melahirkan tiga agenda penting.
Pertama adalah bersedekah. Artinya yang kaya membantu yang miskin. "Yang berpengetahuan membantu mereka yang masih bodoh, yang kuat membantu yang lemah, yang berkuasa tentu membela rakyat," kata Helmy saat Webinar Nasional bertema 'Merawat Ukhuwah di Tengah Wabah' yang diselenggarakan UIN Malang, Kamis (11/6).
Dia mengatakan, yang kedua disebut amar makruf yaitu berlaku baik. Setidaknya kalau tidak bisa berlaku baik, maka jangan berlaku buruk. Jadi sebetulnya dalam hal ini tidak perlu lagi ada penambahan istilah NKRI bersyariah.
Karena pada hakikatnya semua warga negara yang telah menjadi warga negara yang baik dan mentaati seluruh peraturan perundang-undangan, sesungguhnya mereka sudah menjalankan satu syariat. Contoh yang paling sederhana adalah undang-undang lalu lintas.
"Ketika kita berada di lampu merah, warna lampunya merah, kita pasti berhenti karena kalau kita trabas akan melahirkan kesemrawutan dan membuat kecelakaan, maka ketika kita mematuhi peraturan lalu lintas pada hakikatnya kita sudah melakukan apa yang disebut amar makruf yaitu berlaku baik," ujarnya.
Helmy mengatakan, yang ketiga adalah membangun suatu peradaban masyarakat yang unggul. Tentu ini merupakan tugas kolektif bersama.
Dia menegaskan Islam unggul dan tidak bisa diungguli. Tetapi faktanya di hampir seluruh negara-negara Muslim terbesar terjadi begitu banyak angka kemiskinan.
Padahal dalam Alquran disebutkan agama membebaskan manusia dari keterjajahan, rasa lapar dan ketakutan. Maka kesuksesan bersedekah ketika berhasil melakukan pembebasan umat dari kelaparan dan ketakutan.
"Maka kita sendiri sebagai kolektivitas baru ini harus menjadi generasi yang unggul, bahkan Islam mengajarkan ekonomi itu tumbuh berdasarkan konsep keadilan dan pemerataan," ujarnya.
Helmy mengungkapkan keprihatinannya, sekarang melihat begitu banyak data kesenjangan antara si kaya dan si miskin. Misalnya satu persen orang kaya menguasai hampir 46 persen lebih aset nasional. Orang kaya dalam survei disebutkan setara dengan kekayaan 100 juta penduduk Indonesia.
Dia mengatakan yang terpenting di atas seluruhnya adalah bagaimana membangun yang disebut persaudaraan kemanusiaan sebagaimana konsep tiga ukhuwah Nahdlatul Ulama yaitu ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathaniyah (persaudaraan kebangsaan), dan ukhuwah insaniyah atau ukhuwah basyariyah (persaudaraan kemanusiaan).