REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dinas Kelautan, Pertanian, dan Ketahanan Pangan (KPKP) DKI Jakarta mengaku terus melakukan pengawasan terhadap pasokan bahan pangan yang beredar di tengah masyarakat melalui pasar. Hal tersebut berkenaan dengan keberadaan telur infertil yang belakangan ramai diperbincangkan.
Kepala Bidang Ketahanan Pangan Dinas KPKP DKI Bambang Purwanto mengatakan, keberadaan telur infertil tersebut di pasaran juga dilarang oleh dinas peternakan dan kesehatan hewan. "Dinas KPKP itu melalui bidang peternakan dan kesehatan hewan itu melakukan pengawasan rutin terkait keberadaan telur infertil," kata dia di Jakarta, Kamis (11/6).
Dia mengatakan, telur tersebut diisukan juga sudah masuk ke ibu kota. Bambang mengaku tidak bisa menjelaskan lebih detail terkait tekstur ataupun bentuk lebih jauh terkait telur tersebut.
"Isunya sudah tetapi kami tetap melakukan pengawasan dan kami juga KPKP rutin melakukan itu sebelum hingga saat ini," katanya.
Dia mengatakan, pengawasan rutin serupa juga sempat dilakukan saat isu daging babi menyerupai daging sapi, yang ternyata tidak ditemukan di Jakarta. "Pengawasan ini melibatkan selain KPKP juga dari kepolisian, PPNS termasuk dirjen peternakan dan kesehatan hewan," katanya.
Peraturan nomor 32/Permentan/PK.230/2017 yang mengatur tentang Penyediaan, Peredaran serta Pengawasan Ayam Ras dan Telur Konsumsi menyebutkan, telur yang berkategori infertil dilarang untuk diperjualbelikan. Larangan karena telur infertil ini dianggap sebagai produk buangan breeding.
Di kalangan peternak, ada istilah telur HE atau hatched egg, yakni telur yang dibuahi tetapi tidak menetas atau telur yang sengaja tidak ditetaskan. Artinya selain infertil, telur infertil juga bisa saja tidak ditetaskan perusahaan pembibitan.
Salah satu alasannya karena suplai anak ayam (DOC) yang terlampau banyak di pasaran, sedangkan kebutuhan terhadap daging tidak begitu banyak sehingga telur sengaja tidak ditetaskan. Dalam kondisi normal, pasokan anak ayam broiler sekitar 60 juta per pekan untuk seluruh Indonesia. Selama pandemi Covid-19, permintaan daging ayam menurun signifikan pasokan ayam hanya di angka 40-45 juta per pekan.