Kamis 11 Jun 2020 21:21 WIB

Prof Haedar: Kue Keuasaan Pemicu Umat Islam Indonesia Rapuh

Prof Haedar mengajak umat Islam singkirkan egoisme kelompok.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Nashih Nashrullah
Ketua Umum (Ketum) PP Muhammadiyah, Prof Dr Haedar Nasir, mengajak umat Islam singkirkan egoisme kelompok.
Foto: Republika/Bowo Pribadi
Ketua Umum (Ketum) PP Muhammadiyah, Prof Dr Haedar Nasir, mengajak umat Islam singkirkan egoisme kelompok.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir menyampaikan bahwa umat Islam tidak bisa menjaga ukhuwah karena banyak sebab. 

 

Baca Juga

Di antara penyebab pecahnya ukhuwah biasanya karena ghanimah misalnya ghanimah kue kekuasaan dan ananiyah hizbiyah (egoisme kelompok).  

 

Prof Haedar mengingatkan bahwa ghanimah sering membuat lalai dan membuat lupa terhadap saudara. Ghanimah harta terlebih ghanimah kekuasaan, biasanya kalau sudah ada di tangan sulit untuk melepaskannya. 

 

"Pandai-pandailah ketika kita punya ghanimah dan berebut ghanimah termasuk ghanimah kekuasaan, karena di situlah ujian ukhuwah bisa membuat kita terpecah," kata Prof Haedar saat Webinar Nasional bertema 'Merawat Ukhuwah di Tengah Wabah' yang diselenggarakan UIN Malang, Kamis (11/6).

 

Dia menjelaskan, selain ghanimah, yang sering membuat umat retak ukhuwah-nya adalah perbedaan paham keagamaan. Kemudian perbedaan ini terhubung dengan politik keagamaan dan lain-lain. Contohnya ada kelompok yang ekstrem dalam beragama memaksakan kehendak pandangannya. Kelihatannya kecil tapi mempengaruhi yang besar.   

 

Begitu juga ketika menjadi yang dominan lalu dominasi ini melahirkan politik keagamaan yang ananiyah hizbiyah (egoisme kelompok atau golongan). 

 

"Jadi kelompok yang kuat dalam keberagamaan akan cenderung ananiyah-nya tinggi atau yang minoritas tapi militansinya tinggi lalu punya cita-cita yang berlebih, di sinilah bisakah kita di tengah keragaman itu menekan ananiyah (kita) lalu kita sering berdialog," ujarnya.

 

Prof Haedar mengatakan, bisakah di negeri ini antarsesama Muslim saja mencoba untuk menekan ananiyah, ghanimah harta dan kekuasaan atau apapun yang berharga. Serta menekan ananiyah politik keagamaan.

 

Dia menjelaskan, faktor lain yang biasanya merusak ukhuwah umat adalah faktor luar. Dulu di zaman Belanda ada politik belah bambu, hal ini akan selalu ada dalam hukum kekuasaan. Biasanya pihak yang keras dan tidak menyenangkan bagi rezim akan diinjak. Sementara yang jinak akan diangkat. 

 

"Bisakah misalkan sesama umat Islam mencoba menentukan satu titik pandangan yang sama tanpa kita terlibat di dalam urusan-urusan kepentingan, di sini adalah ujian ukhuwah karena itu hal yang paling penting adalah keikhlasan dan sikap autentik," jelasnya.

 

Prof Haedar menambahkan, dasar berukhuwah adalah iman. Maka jelas perlu kemurnian dan kebersihan hati. Sesuatu yang disebut autentik jika meletakkan Islam di atas yang lain. Maka ukhuwah itu akan bisa mengatasi ghanimah, ananiyah dan kekuatan luar yang memecah belah.

 

 

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement