REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Benih padi varietas Ciherang, Mekongga dan Tropika dipilih petani Lebak di Provinsi Banten, untuk mendukung percepatan tanam karena usia tanam relatif pendek, 100 hari, sehingga panen raya diperkirakan berlangsung pada September 2020. Tujuannya, antisipasi krisis pangan akibat kekeringan dan fase Normal Baru (New Normal) di tengah pandemi Covid-19.
Penyuluh pertanian Kabupaten Lebak, Erna Martina melaporkan saat ini tercatat 261 hektar sawah telah ditanami padi pada 11 wilayah kerja penyuluh pertanian di Lebak. Menurutnya, kinerja petani bersama penyuluh Lebak merupakan langkah antisipatif terhadap pandemi Covid-19 dan kekeringan di Asia, yang diprediksi oleh Badan Pangan Dunia (FAO) akan memicu krisis pangan.
"Instruksi Mentan sudah dilakukan oleh para penyuluh untuk mendampingi dan mengawal petani percepat tanam padi di musim gadu," kata Erna Martina melalui pernyataan tertulis yang dihimpun Pusat Penyuluhan Pertanian (Pusluhtan BPPSDMP).
Erna Martina pun menguraikan kinerja pendampingan penyuluh di 11 wilayah kerja yakni Lin Herlina di Desa Margajaya, Kecamatan Cimarga; Ruyanah (Cibeureum, Cijaku); Sartono (Cikate, Cigemblong; Aep Saepudin (Leuwicoo, Muncang; Parlan (Mekar Wangi, Muncang; Mahpudin (Bolang, Malingping) dan (Panggarangan, Panggarangan); Aris Budiman (Panggarangan, Panggarangan; Didin (Gubugan Cibeureum, Maja); Momon (Sukamanah, Rangkasbitung; dan Ahmad Sugianto (Marga Mulya, Cileles).
Sementara kelompok tani (Poktan) yang mendukung percepatan tanam di musim gadu ada 13 Poktan yakni Usaha Mekar seluas 15 hektar; Cianyar (25 hektar); Marga Mulya (27 hektar); Bina Tani (15 hektar); Bina Warga Tani (18 hektar); Sinar Mulya dan Harapan Mekar (22 hektar); Bolang Asih I (2 hektar); Sinar Makmur (24 hektar); Sri Maju (27 hektar); Sri Jaya Mukti dan Mekar Jaya (60 hektar); Bakti Mulya (26 hektar).
Penyuluh pusat di Kementerian Pertanian RI, Susilo Astuti selaku pendamping kegiatan penyuluhan pertanian Provinsi Banten mengutip arahan Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo tentang strategi penyediaan bahan pangan yang harus sinergi dengan Protokol Kesehatan atau New Normal.
“Pandemi Covid-19 dengan berbagai dampak yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan telah mengubah paradigma, karena itu kebijakan-kebijakan baru harus kita tata untuk menjawab tantangan di era New Normal," kata Susilo Astuti mengutip arahan Mentan Syahrul pada Webinar bersama Ketua Komisi IV DPR RI, Sudin dan Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Arif Satria di Jakarta, Selasa (9/6).
Sementara Kepala BPPSDMP Prof Dedi Nursyamsi mengingatkan tentang prediksi FAO tentang kekeringan di Asia dan ancaman krisis pangan, maka petani dan penyuluh harus bekerja keras dan melakukan berbagai upaya dalam menjamin ketersediaan pangan seperti diinstruksikan Mentan Syahrul.
"Indonesia diprediksi termasuk negara yang mengalami krisis pangan. Kita harus segera antisipasi kekeringan dengan berbagai upaya dan cara. Kalau kita antisipasi, bisa beradaptasi, inshaa Allah tidak ada krisis pangan di Indonesia,” kata Dedi Nursyamsi pada kegiatan rutin tiap hari Jumat bertajuk Mentan Sapa Penyuluh dan Petani (MSPP) di Jakarta, Jumat pekan lalu (5/6).