REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Emas berjangka naik pada akhir perdagangan Kamis (11/6) rebound dari penurunan hari sebelumnya. Kenaikan harga itu ditopang aksi jual besar-besaran di pasar saham global menyusul kekhawatiran gelombang baru infeksi virus corona dan janji Federal Reserve (Fed) AS untuk mempertahankan suku bunga rendah.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di divisi COMEX New York Mercantile Exchange, naik 19,1 dolar AS atau 1,11 persen, menjadi ditutup pada 1.739,8 dolar AS per ons. Sehari sebelumnya, emas berjangka turun 1,2 dolar AS atau 0,07 persen menjadi 1.720,70 dolar AS.
"Ada banyak infeksi baru yang tampaknya membuat investor sedikit ketakutan sehingga cukup banyak orang menghindari risiko (risk-off) dan pada dasarnya mereka menjual segalanya, kecuali dolar AS dan gas alam," kata Kepala Pedagang US Global Investors, Michael Matousek, seperti dikutip oleh Reuters.
Indeks pasar saham utama di seluruh dunia jatuh pada Kamis (11/6), karena kekhawatiran atas gelombang kedua infeksi Covid-19 menyapu pasar ekuitas.
Emas juga mendapat dukungan ketika Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) merilis pernyataan setelah penutupan pasar pada Rabu (10/6) yang mengatakan mereka memperkirakan ekonomi AS menyusut sebesar 6,5 persen pada 2020, dan tingkat pengangguran sebesar 9,3 persen pada akhir tahun ini. Federal Reserve AS juga berjanji akan mempertahankan suku bunga rendah.
Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan bahwa ia memperkirakan suku bunga akan tetap mendekati nol hingga 2022. Ini membuat emas terus mendekati level tertinggi dalam lebih dari seminggu.