REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Direktur Jenderal Organisasi Buruh Internasional (ILO) Guy Ryder mengatakan pandemi Covid-19 telah menempatkan jutaan anak dalam risiko menjadi pekerja di bawah umur. Hal tersebut berpotensi menandai kenaikan pertama jumlah pekerja anak sejak tahun 2000.
"Ketika pandemi itu mendatangkan malapetaka pada pendapatan keluarga, tanpa dukungan, banyak yang dapat menggunakan pekerja anak," kata Ryder dalam sebuah pernyataan pada Jumat (12/6).
Pandemi Covid-19 tak diragukan lagi telah menghancurkan ekonomi global. Jutaan orang terperosok dalam kemiskinan. Menurut ILO, dalam situasi demikian keluarga yang berada di bawah tekanan besar sangat mungkin untuk mempekerjakan anak-anaknya untuk bertahan hidup. "Perlindungan sosial sangat penting di saat krisis karena memberikan bantuan kepada mereka yang paling rentan," kata Ryder.
Direktur Eksekutif UNICEF Henrietta Fore turut menyimpulkan hal serupa dengan ILO. "Ketika kemiskinan meningkat, sekolah-sekolah tutup dan ketersediaan layanan sosial menurun, lebih banyak anak didorong masuk ke dalam angkatan kerja," ujarnya.
Menurut ILO jumlah pekerja anak di seluruh dunia telah menurun secara signifikan menjadi 152 juta anak dari 246 juta pada tahun 2000. Untuk mencegah peningkatan eksploitasi, PBB menyerukan negara-negara untuk mengintegrasikan masalah pekerja anak ke dalam undang-undang yang lebih luas, termasuk kebijakan tentang pendidikan, pasar tenaga kerja, dan perlindungan hak asasi manusia.
Beberapa negara sudah mulai melakukan hal tersebut. Bulan ini misalnya, otoritas buruh Brasil meluncurkan kampanye nasional untuk membantu memerangi potensi pekerja anak. Mereka menggunakan lagu tentang perbudakan anak yang ditulis rapper terkenal Emicida dan Drik Barbosa.
Menurut jajak pendapat yang dilakukan Reuters terhadap 250 ekonom, ekonomi dunia diperkirakan menyusut sebesar 3,2 persen tahun ini karena penerapan karantina wilayah atau lockdown. Prakiraan pertumbuhan ekonomi global cenderung berkisar antara 2,3 persen hingga 3,6 persen sebelum pandemi melanda.