REPUBLIKA.CO.ID, Muhammad bin Sirin adalah salah satu tokoh tabiin terkemuka. Dia adalah sosok yang alim dan terkenal dengan kezuhudannya. Ibnu Sirin memiliki catatan sejarah yang dapat dibuktikan dan amat masyhur saat menghadapi penguasa Bani Umayyah dengan berani mengucapkan kebenaran dan ikhlash memberikan nasehat serta para pemimpin kaum Muslimin.
Di antara contohnya, kisah Umar bin Hubairah al-Fazary, salah seorang tokoh besar Bani Umayyah dan penguasa Irak yang mengirimkan surat untuk mengundangnya berkunjung. Maka, dia pun datang menjumpainya bersama anak saudaranya.
Sang penguasa pun menyambungnya dengan hangat, memberikan penghormatan untuk kedatangannya, meninggikan tempat duduknya serta menanyakannya seputar beberapa masalah agama, kemudian berkata kepadanya. "Bagaimana kondisi penduduk negerimu saat engkau meninggalkannya, wahai Abu Bakar?"
"Aku tinggalkan mereka dalam kondisi kezaliman merajalela terhadap mereka dan kamu lalai terhadap mereka," katanya. Karena ucapan ini, anak saudaranya memberikan isyarat dengan pundaknya. Lalu dia menoleh ke arahnya sembari berkata, "Engkau bukanlah orang yang kelak akan dipertanyakan tentang mereka tetapi akulah orang yang akan dipertanyakan itu. Ini adalah persaksian, siapa yang menyembunyikannya, maka hatinya berdosa."
Ketika pertemuan itu bubar, Umar bin Hubairah mengucapkan selamat berpisah kepadanya dengan perlakuan yang sama saat menyambutnya, yaitu dengan penuh kehangatan dan penghormatan.
Bahkan dia memberikannya sebuah kantong berisi uang 3.000 dinar, namun Ibn Sirin tidak mengambilnya. Sudah menjadi kehendak Allah untuk menguji ketulusan dan kesabaran Muhammad bin Sirin. Karena itu, Dia mengujinya dengan ujian yang biasa dihadapi oleh orang-orang beriman.
Ketika Anas bin Malik RA sudah dekat ajalnya, dia berwasiat agar yang memandikan dan mengimami sholat atasnya adalah Muhammad bin Sirin yang saat itu masih di penjara. Tatkala Anas wafat, orang-orang mendatangi penguasa itu dan memberitakannya perihal wasiat sahabat Rasulullah SAW tersebut, lalu mereka meminta izinnya agar membiarkan Muhammad bin Sirin ikut bersama mereka untuk merealisasikan wasiat itu. Sang penguasa pun mengizinkan.
Lantas berkatalah Muhammad bin Sirin kepada mereka, "Aku tidak akan keluar hingga kalian meminta izin juga kepada si tukang minyak sebab aku dipenjara hanya karena ada hutang yang aku harus bayar kepadanya." Maka si tukang minyakpun mengizinkannya juga. Dia keluar dari penjara, kemudian memandikan dan mengkafani Anas RA. Setelah itu, dia kembali ke penjara sebagaimana biasanya dan tidak sempat menjenguk keluarganya sendiri. Muhammad bin Sirin wafat pada usia 77 tahu.