Jumat 12 Jun 2020 22:46 WIB

Jabar Antisipasi Gelombang Kedua Covid-19

Tes masif akan dilakukan dii 700 pasar se-Jabar.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Ilham Tirta
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Potensi penularan Covid-19 di pasar tradisional tergolong tinggi. Apalagi, pedagang di sejumlah pasar di Jawa Barat (Jabar) terkonfirmasi positif Covid-19. Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jabar memfokuskan tes masif di 700 pasar se-Jabar.

Menurut Ketua Gugus Tugas Jabar, Ridwan Kamil, ketidakdisiplinan pedagang dan pembeli dalam jaga jarak, pakai masker, serta adanya kerumunan, memicu munculnya kasus positif di pasar tradisional. "Kami meyakini banyak pembeli dan penjual tidak disiplin pakai masker, sehingga pembeli bisa tertular oleh penjual, penjual bisa tertular oleh pembeli," ujar pria yang akrab disapa Emil, Jumat (12/6).

Menurut Emil, sejumlah 627 Mobile Covid-19 Test dan Laboratorium Moblie Bio Safety Level 3 (BSL3) dari PT Bio Farma disiapkan gugus tugas untuk mengambil sampel di pasar tradisional. Tes masif terdiri dari rapid test maupun swab test (tes usap).

Emil mengatakan, pengetesan masif akan didahului dengan sosialisasi dan komunikasi yang memadai. Tujuannya, mengantisipasi penolakan tes masif, seperti yang terjadi di sejumlah daerah.

"Saya sudah berkoordinasi dengan kepolisian dan TNI untuk mengawal pengetesan ini, sehingga tidak ada penolakan di masyarakat karena kurang sosialisasi," kata dia.

Total ada 700 pasar yang akan dilakukan pengetesan. Sehingga, tidak ada pedagang pasar yang terkena corona serta mengakibatkan kerugian berupa penutupan pasar dalam waktu yang tidak ditentukan.

Sejak Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) secara proporsional diterapkan, Gugus tugas secara bertahap membuka kegiatan di sejumlah sektor.

Tahap pertama adalah kegiatan di tempat ibadah. Setelah itu, kegiatan yang memiliki dampak besar terhadap perekonomian, tapi berisiko kecil terhadap penularan Covid-19. Ini termasuk industri dan perkantoran. Kemudian, disusul pembukaan sektor perdagangan, pariwisata, dan pendidikan.

Menurut Emil, pembukaan kegiatan di sejumlah sektor secara bertahap sebagai antisipasi munculnya gelombang kedua Covid-19. Khusus sektor pariwisata, ia merekomendasikan kepada kepala daerah untuk membuka destinasi wisata outdoor.

"Pariwisata yang didahulukan adalah pariwisata outdoor dan siang hari. Jadi, hiburan malam dan yang sifatnya pariwisata malam hari, kami tidak rekomendasikan dulu, walau diskresi tetap ada di (pemerintah) kabupaten/kota," katanya.

Emil mengatakan, rekomendasi tersebut merujuk pada gelombang kedua yang terjadi di Korea Selatan, di mana penularan Covid-19 terjadi di destinasi wisata malam hari. "Pendidikan juga kami masih tahan. Kasus di Israel, di Prancis, di Korea Selatan, klaster pendidikan tinggi. Maka, pendidikan per hari ini belum kita buka dulu, sampai situasi aman," kata Emil.

           

               

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement