REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Di Indonesia, publik sekarang ini larut pada euforia kata kenormalan yang baru (new normal) menyusul dilonggarkannya kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di sejumlah wilayah. Namun, adakah kenormalan yang baru berlaku di kompetisi Liga Primer Inggris?
Meski berbeda istilah, penyelenggara Liga Inggris akan menjalani fase yang dikenal di negeri ini sebagai kenormalan yang baru. Setelah memperoleh izin untuk kembali menggelar kompetisi pada 17 Juni mendatang, pihak penyelenggara juga memberlakukan sejumlah ketentuan baru.
Dilansir dari BBC, Jumat (12/6), setidaknya akan ada peraturan dan tradisi yang berbeda saat olahraga ini kembali berlangsung dibanding sebelum pandemi korona menyerang.
Seperti halnya di Jerman yang sudah lebih dulu menggelar kompetisi Bundesliga, gelaran kompetisi tak akan ada lagi dimeriahkan oleh teriak atau yel-yel penonton dari tribun. Ini karena pertandingan digelar secara tertutup. Kalaupun ada suara, teriakan itu hanya akan terdengar dari pemain yang ada di lapangan atau teriakan pelatih di pinggir lapangan.
Protokol kesehatan pun telah disepakati selama liga bergulir. Aturan tersebut tak lain untuk mencegah menyebarnya virus korona pada pertandingan sepak bola. Para pemain dan staf tak diharuskan memakai pelindung wajah selama di stadion, ruang ganti, dan bangku cadangan. Namun, bagi fisioterapis dan dokter diwajibkan memakainya.
Ketika pertandingan, mereka dilarang membersihkan hidung serta meludah. Pun, dengan perayaan gol yang dibatasi, yaitu harus memperhatikan jaga jarak. Lalu, tak akan ada anak bola di pinggir lapangan karena akan menggunakan sistem bola pengganti yang sudah disterilkan.
Klub-klub sepakat hanya akan ada 300 orang yang diperbolehkan masuk ke dalam stadion, dengan dibagi ke dalam beberapa zona. Sebelum dan sesudah pertandingan akan ada pembersihan terhadap bendera sudut, tiang gawang, papan pengganti pemain, serta bola. Pekerjaan-pekerjaan lain akan dilakukan ketika turun minum jika mendapatkan izin dari pihak liga.
Selain itu, dalam protokol medis yang harus diikuti mereka adalah agar memperhatikan jarak sosial ketika melakukan perjalanan, baik ke lokasi pertandingan maupun seusai laga.
Para pemain akan dibatasi tinggal di hotel agar langsung ke stadion. Di stadion, mereka akan diperiksa kesehatan, salah satunya pemeriksaan suhu badan. Para pemain dan rombongan harus membersihkan tangan sebelum dan sesudah masuk ke stadion.
Selain protokol kesehatan, Liga Inggris juga akan turut mengampanyekan antirasialis Black Lives Matters. Namun, perincian kampanye tersebut masih dalam pembahasan antara memilih berlutut, menaruh logo Black Lives Matters di baju, atau nama pemain diganti dengan frasa Black Lives Matters.
Kampanye ini sebagai wujud penolakan Liga Inggris terhadap perilaku rasial yang telah kembali disulut atas kematian warga kulit hitam Amerika Serikat, George Floyd.
Menyambut kenormalan yang baru ini, pelatih Liverpool Juergen Klopp menatapnya dengan penuh gembira. Maklum saja, sejauh ini the Reds tengah diambang untuk mengakhiri paceklik juara yang sudah dinanti selama 30 tahun.
Artinya, musim ini adalah kesempatan bagi Liverpool untuk menjadi juara. Namun, ia mafhum tak akan ada perayaan berlebihan yang kelak dilakukan jika the Reds memastikan gelar juara.
"Anda tidak bisa merayakan dengan cara yang selalu kamu impikan, itu memang tidak menyenangkan, dan saya benar-benar mengerti itu," kata Klopp dalam sebuah kesempatan pada Sky Sports.