REPUBLIKA.CO.ID, KINSHASHA -- Produksi emas di Republik Kongo dilaporkan telah diselundupkan ke dalam rantai pasokan global melalui negara-negara tetangganya. Laporan tersebut ditemukan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).
Negara-negara di sepanjang perbatasan timur Kongo telah lama menjadi penyalur emas bernilai miliaran dolar AS. Produksi emas di Kongo masih dilakukan secara sederhana oleh para penambang setempat.
Selama ini, perdagangan logam mulia dari Kongo sulit dilacak. Penyelundupan yang dilakukan secara sistem tersebut sering kali menyebabkan terjadinya perang regional. PBB pun menjatuhkan sanksi bagi para pedagang yang terlibat.
Sejumlah provinsi seperti Kivu Utara, Kivu Selatan dan Ituri disebut telah memproduksi lebih dari 60 kg emas secara artisan pada 2019. Berdasarkan laporan tahunan Kongo, total emas yang diekspor mencapai 73 kg.
PBB memperkirakan setidaknya sebanyak 1,1 ton emas telah diselundupkan keluar Ituri. Jika diperdagangkan secara resmi, total emas tersebut seharusnya bisa menghasilkan pendapatan bagi pemerintah Kongo hingga 1,88 juta dolar AS.
Para penambang di seluruh provinsi yang ada di Kongo bisa menghasilkan 15-22 ton emas per tahun. "Kongo masih terdapat banyak sekali penambang artisan. Namun jumlah emas yang diekspor secara resmi sangat kecil," tulis Institut Geosains dan Sumber Daya Alaman dari Jerman, dikutip Reuters, Sabtu (13/6).
Namun anehnya, PBB menemukan Uganda dan beberapa negara lain yang berbatasan dengan Kongo mengekspor lebih banyak dari jumlah yang mampu mereka produksi. Negara-negara tetangga diduga terlibat dalam penyelundupan.
Lebih dari 95 persen atau sekitar 25 ton emas yang diekspor dari Uganda bukan lah emas asli dari Uganda. Pada 2019, ekspor emas dari Uganda tercatat meningkat dua kali lipat.