Sabtu 13 Jun 2020 13:54 WIB

New Normal Jadi Momentum Bangkitkan Bisnis Pertanian

New normal justru dapat menjadi momentum untuk kembali menggeliatkan sektor pertanian

Kuntoro Boga Andri, Kepala Biro Humas dan Informasi Publik, Kementerian Pertanian
Foto: dok. Pribadi
Kuntoro Boga Andri, Kepala Biro Humas dan Informasi Publik, Kementerian Pertanian

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Kuntoro Boga Andri/Kepala Biro Humas dan Informasi Publik, Kementerian Pertanian

Sektor pertanian membuktikan kehandalannya sebagai penopang perekonomian nasional selama masa pandemi Covid-19. Kinerja sektor pertanian menunjukkan indikator menggembirakan, terkait produksi pertanian dan kinerja ekspor. 

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data, selama Januari-April 2020, nilai ekspor pertanian meningkat 16,9 persen dibandingkan pada periode yang sama tahun 2019, dari Rp 115,18 Triliun meningkat menjadi Rp 134,63 Triliun. Surplus perdagangan produk pertanian selama Januari-April 2020 juga meningkat signifikan, yaitu 32,96 persen. 

Secara nilai, terdapat peningkatan dari sebesar Rp 33,62 Triliun (Januari-April 2019) meningkat menjadi Rp 44,70 Triliun (Januari-April 2020). Fakta ini memberi optimisme, bagi para pelaku di bidang pertanian. 

Pandemi Covid-19 yang berimplikasi pada pemberlakuan kebijakan new normal, tidak melemahkan peran pertanian sebagai “backbone” perekonomian bangsa. Ditengah perlambatan ekonomi dimasa pandemi, kegiatan  pertanian justru menunjukkan kinerja baik dan positif. 

Kinerja insan pertanian nasional, tidak hanya menopang pertumbuhan ekonomi nasional, yang masih berada di kisaran 3,0 persen Tapi juga mengurangi kekhawatiran terhadap munculnya kerawanan bahkan krisis pangan, akibat pandemi Covid-19.

Kementerian Pertanian (Kementan), terus menjaga dan memaksimalkan produksi pertanian nasional dalam menjaga ketahanan pangan. Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo (SYL) dalam setiap kesempatan, mengatakan bahwa pertanian adalah salah satu sektor yang harus tetap berproduksi dan dipastikan tidak boleh berhenti dalam kondisi apapun. 

Bahkan di kala kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), para petani tetap bekerja. Termasuk ketika kebijakan “New Normal” alias Tatanan Kehidupan Baru berlaku, sektor pertanian harus tetap berproduksi maksimal, sehingga 267 juta penduduk Indonesia tetap bisa mengakses bahan pangan dengan harga yang terjangkau. 

Implementasi New Normal seharusnya tidak memberi banyak perubahan pola masyarakat dalam memenuhi dan mengakses pangannya. New normal justru dapat menjadi momentum untuk kembali menggeliatkan sektor pertanian dalam arti luas, sehingga diharapkan perekonomian masyarakat bisa bangkit. Kebijakan new normal menjadi momentum untuk mengembangkan pola bisnis pertanian yang lebih mumpuni.

Peran pemerintah, dalam hal ini Kementan harus mampu menjaga dan meningkatkan semangat itu. Caranya dengan menghadirkan program dan kebijakan yang dapat mendukung secara konkret kegiatan pertanian dari hulu hingga hilir. Agar pelaku pertanian dapat segera beradaptasi dan mampu bebenah dengan situasi terkini atau era new normal, Kementan telah melakukan perubahan postur anggaran. Perubahan ini bertujuan untuk menguatkan produksi pertanian dan secara langsung dapat menjaga serta meningkatkan kesejahteraan petani. 

Pemerintah telah melakukan “refocusing” anggaran Kementan, dengan mengutamakan peningkatan sarana produksi pertanian, pengamanan ketersedian pangan, padat karya, hingga “social safety net” (jaminan keamanan sosial), termasuk social safety net berjangka pendek. Pemerintah melalui Kementan juga berupaya menguatkan permodalan bagi petani, melalui Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) yang disinergikan dengan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari perbankan. 

Alokasi KUR untuk pertanian di tahun 2020 mencapai Rp 50 triliun dari total KUR Rp 190 Triliun. Sampai pertengahan Mei 2020, serapan KUR yang sudah disalurkan untuk pertanian mencapai Rp 17 triliun, artinya upaya ini direspon positif oleh petani. 

Berbagai stimulus yang diberikan kepada petani, diharapkan dapat memicu semangat petani untuk terus berproduksi dan menghasilkan pangan. Apabila dari sisi produksi aman, maka ketahanan pangan masyarakat pun seharusnya dapat lebih mudah untuk dijaga.

Petani dan sektor pertanian terus bergerak, hingga diperkirakan pada akhir Desember 2020 stok beras nasional masih akan tersedia sebanyak 4,7 juta ton. Percepatan tanam padi 5,6 juta hektare pada musim tanam kedua di 33 provinsi telah digulirkan untuk tetap mengamankan pasokan beras ditengah pandemi covid-19. Dalam percepatan musim tanam kedua, pemerintah menargetkan program itu bisa menghasilkan produksi beras sebesar 15 juta ton pada periode Juli- Desember 2020. 

Begitupun dengan komoditas strategis lainnya, untuk cabai dan bawang merah sejak April lalu, sejumlah wilayah sentra produksi, sudah mulai panen dan diperkirakan berlangsung hingga Juli mendatang. Begitupun dengan petani tebu yang masuk musim giling dan lainnya. Meski di sisi produksi aman, pemerintah harus tetap menjaga pengelolaan dan pendistribusian komoditas pertanian, demi manjaga harga, baik ditingkat petani maupun konsumen.

Kementan menginisiasi beberapa program alternatif untuk mengamankan pangan masyarakat Indonesia. Di antaranya optimalisasi lahan rawa di luar Pulau Jawa. Hal ini diharapkan dapat segera memberikan tambahan produksi pangan baru di masa depan.  

Selain itu, gerakan diversifikasi pangan di masyarakat terus disosialiasikan. Terutama memopulerkan bahan pangan pokok, selain beras. Upaya penguatan ketahanan pangan juga dilakukan secara desentralisasi, dengan cara memperkuat lumbung pangan di setiap provinsi. 

Pemerintah juga mendorong masyrakat secara swadasa membudidayakan pangan, melalui program pemanfaatan perkarangan rumah, alias P2L (Pekarangan Pangan Lestari). Modernisasi dan inovasi pertanian untuk produksi pertanian yang lebih pintar, efisien, efektif dan menguntungkan juga terus digalakkan.

Pertanian tak mungkin bisa mencukupi kebutuhan penduduk yang terus bertambah tanpa dukungan teknologi. Sektor pertanian harus mampu beradaptasi untuk menjawab tantangan ke depan. Pengolahan lahan, menanam bibit, panen hingga pengolahan harus dilakukan dengan menggunakan alat – alat bertekhnologi tinggi. 

Dimana mekanisasi pertanian merupakan salah satu komponen penting untuk pertanian modern dalam mencapai target swasembada pangan berkelanjutan. Inovasi dan pemanfaatan teknologi oleh petani perlu terus didorong.

Kegiatan on farm diatas perlu dukungan dan kerja banyak pihak agar pemasaran dan pendistribusian hasil pertanian juga dapat berjalan efisien dan menguntungkan petani. Selain itu keterlibatan generasi millenial dan setelahnya dalam sektor pertanian, adalah salah satu kunci agar ketahanan pangan nasional tetap terjaga. 

Generasi muda seharusnya tidak lagi ragu berkiprah di sektor pertanian. Berbekal besarnya potensi ekonomi di sektor ini, alam dan iklim tropis yang mendukung budidaya, dan aplikasi teknologi, generasi milenial bisa berperan sebagai penjaga ketersediaan pangan, bahkan menjadikan negeri kita sebagai lumbung pangan dunia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement