Ahad 14 Jun 2020 08:10 WIB

Kalau Saya Gak Jualan, Mau Makan Apa?

Pedagang tak sadar Covid-19 dan mengabaikan protokol kesehatan.

Pedagang mengenakan masker menunggu pembeli di Pasar Tasik, Jakarta.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pedagang mengenakan masker menunggu pembeli di Pasar Tasik, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad Ubai Dillah/ Amri Amrullah/ Silvy Dian Setiawan / Wilda Fizriyani

Lalu lintas di Jalan Kebayoran pada Kamis (11/6) sore cukup ramai. Suasana tak kalah ramai saat memasuki jalan di bawah flyover Kebayoran Lama. Pedagang-pedagang di bawahnya beradu suara dengan berisiknya rel kereta. Mereka menjajakan dagangan kepada pengendara dan pejalan kaki yang melintas. "Ayo, Pak. Nyari apa, Pak?" tanya pedagang kepada pejalan kaki.

Pandemi Covid-19 tak menghalangi tekad pedagang untuk tetap berjualan. Sayangnya, tak sedikit dari pedagang maupun pembeli yang mengabaikan protokol kesehatan. Banyak dari mereka tidak menggunakan masker saat berkerumun. Padahal, pos pantau Satpol PP dan Dinas Perhubungan berada persis di seberang jalan lapak mereka.

Rudi Hartono (38 tahun) mengatakan, ia nekat berjualan lantaran kebutuhan ekonomi. Baginya, Covid-19 bukan halangan meski jumlah kasus positif terus meningkat. "Kalo saya enggak jualan, mau makan apa?" kata pria asal Padang ini, Kamis (11/6).

photo
Warga membeli pakaian di saat pemberlakukan PSBB di pasar Kebayoran Lama, Jakarta.

Suasana pasar, lanjut Rudi, selalu ramai saban harinya. Ia pun mengaku terkadang melepas masker jika ada pembeli. Alasannya, suara dia tidak terdengar jelas oleh pembeli jika menggunakan masker sehingga kerap terjadi salah paham saat transaksi.

"Saya bilang 35 (Rp 35 ribu), pembeli dengarnya 25 (Rp 25 ribu). Enggak jelas, jadi kadang saya buka (masker). Petugas mah setiap hari ngingetin pakai masker dan jaga jarak," ujarnya.

Memasuki area Pasar Kebayoran Lama, posisi pedagang lebih teratur. Mereka menempati kioskios di dalam pasar. Meski begitu, masih banyak pedagang dan pembeli meng abaikan pemakaian masker. Mayoritas mereka melepas masker dan digantungkan di leher. Padahal, terpampang jelas imbauan agar tetap memakai masker dan menjaga jarak.

Pedagang pakaian di lantai 1 Pasar Kebayoran lama, Suprianto (23), mengaku khawatir dengan adanya pandemi Covid-19 ini. Namun, daripada kelaparan di rumah, ia akhirnya memberanikan diri mengambil risiko berjualan di tengah pandemi Covid-19.

"Kalau saya takut, terus bisa dapat duit dari mana? Sedangkan, di rumah ada anak-istri, kebutuhannya banyak," kata Suprianto saat ditemui di depan kios pakaiannya, Kamis (11/6).

photo
Petugas mengambil sampel cairan dari hidung dan tenggorokan pedagang saat mengikuti swab test di Pasar Pagi, Kota Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung, Kamis (11/6/2020).

Supri menceritakan, pembeli masih ada yang tidak memakai masker saat berbelanja. Bahkan, kata dia, tak jarang ada satu keluarga masuk ke dalam kiosnya untuk memilih pakaian. Hal ini membuat Supri sedikit kesal, tetapi tidak berani memarahi.

"Saya hanya mengingatkan baik-baik untuk pakai masker. Terus kios saya kan kecil, jadi sumpek kalau masuk semua, jadi seperti kelihatan lagi pada ngumpul," keluh Supri.

Naik ke lantai dua, suasana pasar semakin sepi. Banyak kios tutup. Hanya terlihat pedagang perabotan, pedagang kelapa, dan penjahit yang masih buka. Toko pusat pakaian di lantai tiga pasar juga beroperasi.

Sebelum masuk ke area itu, suhu tubuh pengunjung dicek oleh satpam. Seorang pedagang perabotan di Pasar Kebayoran, Alim, mengatakan, dirinya tak terlalu merisaukan pandemi Covid-19. Hal terpenting bagi dia adalah selalu berpikir positif dan selalu menjaga kesehatan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement