REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Patriarki Armenia Turki, Patrik Sahak II telah bergabung dalam diskusi tentang potensi transformasi ulang Hagia Sofia menjadi sebuah tempat beribadah. Hal ini menandakan bahwa ia menyuarakan dukungannya untuk proposal mengubah fungsi Hagia Sopia.
"Hagia Sophia harus dibuka untuk beribadah," katanya sambil menyarankan ruang untuk orang Kristen.
"Biarkan dunia memuji kedamaian dan kedewasaan agama kita. Semoga Hagia Sophia menjadi simbol kedamaian umat manusia di zaman kita," katanya dikutip Daily Sabah, Ahad.
Sahak menyatakan bahwa umat manusia berdoa untuk persatuan dan dengan demikian dia menyarankan untuk berbagi kubah Hagia Sophia. "Meskipun kepercayaan kita berbeda, bukankah kita percaya pada Tuhan yang sama?," kata dia.
Hagia Sophia sendiri menurutnya tidak akan bermasalah, sebab telah menjadi tempat ibadah bagi umat Kristen selama 1.000 tahun dan 500 lainnya untuk umat Islam. "Hagia Sophia dibangun dengan tenaga kerja sepuluh ribu karya dengan biaya astronomi," katanya.
Dia menunjukkan bahwa selama lebih dari 1.500 tahun banyak perbaikan telah dilakukan pada bangunan ikonik oleh Yayasan Fatih Sultan. Dia menekankan bahwa tujuan mereka adalah untuk melestarikannya sebagai tempat ibadah. "Bukan hanya museum," kata dia menambahkan.
Menurutnya, Hagia Sophia akan lebih cocok sebagai tempat ibadah saat orang-orang meyakini dapat berlutut dalam doa dengan kagum pada struktur, daripada sekadar situs wisata yang penuh dengan pengunjung dan bergegas hanya melihat-lihat.
Hagia Sophia merupakan salah satu situs warisan sejarah dan budaya paling signifikan di dunia. Situs ini dibangun pada abad keenam masa Kekaisaran Bizantium Kristen dan berfungsi sebagai bagian Gereja Ortodoks Yunani.
Situs kemudian dikonversi menjadi masjid kekaisaran setelah penaklukan Ottoman Istanbul pada tahun 1453. Struktur diubah menjadi museum pada tahun 1935, selama periode Turki pemerintahan partai tunggal sekuler.
Namun, sejak saat itu, ada banyak diskusi tentang mengubahnya kembali menjadi masjid, dengan tuntutan publik untuk mengembalikannya sebagai tempat ibadah mendapatkan daya tarik di media sosial. Masalah Hagia Sophia adalah salah satu yang menyebabkan banyak ketegangan antara Turki dan Yunani baru-baru ini.