REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Andika Perkasa mengenang almarhum Jenderal TNI Purn Pramono Edhie Wibowo sebagai sosok yang rendah hati. Citra bahwa adik kandung dari Ani Yudhoyono tersebut sederhana dan akrab pada semua kalangan pun, menurut Andika, diamini oleh rekan seangkatan, junior, bahkan seniornya di lingkungan militer.
Andika pun mengungkapkan, semasa hidup, sosok Pramono Edhie merupakan orang dengan nama besar yang tak ingin disanjung atau dilayani. Sikap tak mau dilayani ini bahkan berlanjut saat Pramono Edhie menjabat Kepala Staf Angkatan Darat pada 2011 sampai 2013 lalu.
"Beliau sering nggak mau dilayani layaknya kepala staf. Itu yang membuat kami kagum. Padahal kita tahu semua, beliau ini putranya orang besar juga, memiliki keluarga yang merupakan orang besar juga. Sikap humble ini kami jadikan contoh," ujar Andika sesaat sebelum memimpin upacara pemakaman jenazah Pramono Edhie Wibowo di TMP Kalibata, Jakarta Selatan, Ahad (14/6).
Prinsip hidup sederhana ini pun dibenarkan oleh Letnan Jenderal TNI Purn. Erwin Sudjono yang mewakili pihak keluarga besar dalam pemakaman Pramono Edhie siang ini. Ia mengaku sudah banyak mendengar testimoni dari para rekan di militer betapa sosok Pramono Edhie dekat dengan para prajurit.
"Baik semasa berdinas di Kopassus mulai dari Komandan Peleton hingga Komandan Jenderal Kopassus, maupun Pangdam III Siliwangi, Panglima Kostrad, hingga Kastaf Angkatan Darat," jelas Erwin yang menyampaikan pesan-pesan keluarga di samping pusara Pramono Edhie.
Erwin pun menggambarkan sosok Pramono Edhie sebagai pribadi yang profesional dalam menjalankan karir kemiliterannya. Ia ingat betul ketika Edhie masih menjabat sebagai ajudan Presiden Megawati Soekarnoputri pada tahun 2004 silam. Saat itu juga sang kakak ipar, Susilo Bambang Yudhoyono, maju dalam kontestasi pemilihan presiden bersaing dengan Megawati.
"Saat itu beliau menunjukkan loyalitasnya yang paripurna kepada presiden. Meskipun, kakak iparnya juga tengah mengikuti kontestasi pemilihan presiden. Edhie tetap berdinas dengan baik dan tidak pernah membawa persoalan politik kepada keluarga," ujar Erwin.
Edhie, menurut Erwin, juga dikenal sebagai pribadi yang tak ingin mencampuradukkan karir politiknya dengan keluarga, apalagi dengan lingkungan militer. Erwin mengungkapkan, selama purna tugas dari militer dan masuk ke dalam politik, Edhie hampir tidak pernah masuk ke tangsi militer.
"Ketika akhir tahun lalu beliau memutuskan untuk berhenti dari partai politik, barulah pada tanggal 2 Juni lalu almarhum menyempatkan diri menyambangi kesatuannya yaitu di Cijantung Kopassus," katanya.
Ternyata sikap Edhie untuk tidak mampir-mampir kesatuannya ada alasan khusus di baliknya. Kepada Komandan Jenderal Kopassus, Edhie meminta maaf karena selama lima tahun tidak pernah mampir sejenak ke kesatuan militer. "Kata almarhum, saya tidak ingin prajurit terpengaruh dengan kedatangan saya karena saat itu, saya berada di partai politik," ujar Erwin menirukan perkataan sang adik ipar.
Seperti diketahui, mantan Kasad Jenderal TNI Purn Pramono Edhie Wibowo, meninggal dunia dalam usia 65 tahun, pada hari Sabtu malam pukul 19.30, (13/6) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD), Cimacan, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Almarhum beserta keluarganya sedang berlibur di kediaman Dusun Ciwalen Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Pramono Edhie disebut mendadak sakit dengan diagnosa serangan jantung.