Senin 15 Jun 2020 04:11 WIB

WHO Sebut Suplai Darah Berkurang Hingga 30 Persen

Berkurangnya suplai darah ini sebagai efek pandemi Covid-19 di semua regional.

Warga keluar dari dalam bus Palang Merah Indonesia (PMI) usai mengikuti donor darah (ilustrasi).
Foto: ANTARA/Prasetia Fauzani
Warga keluar dari dalam bus Palang Merah Indonesia (PMI) usai mengikuti donor darah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bertepatan dengan peringatan Hari Donor Darah Sedunia 2020 menyebut suplai darah berkurang sekitar 20 hingga 30 persen. Berkurangnya suplai darah ini sebagai efek pandemi Covid-19 di semua regional.

Ketua Tim untuk Darah dan Produk Asal Manusia lainnya Kantor Pusat Organisasi Kesehatan Dunia Yuyun Maryuningsih mengatakan kondisi suplai darah yang berkurang tersebut memang tidak sampai menimbulkan dampak. Sebab, semua rumah sakit sedang fokus pada penyembuhan pasien Covid-19 sehingga mereka jarang melakukan tindakan operasi yang membutuhkan darah. 

Baca Juga

Menurut Yuyun, kebijakan “lockdown” di berbagai negara menyebabkan masyarakat tidak dapat mendonorkan darahnya secara rutin. Sesuai ketentuan mereka diperbolehkan mendonorkan darahnya 2-3 minggu sekali dan maksimal 24 kali dalam setahun.

Kendati demikian, kebijakan tersebut ada berbeda-beda di setiap negara. Begitu pula soal usia minimal pendonor yang ditetapkan 18-65 tahun, tetapi ada negara yang memiliki kebijakan membolehkan pendonor usia 16-17 tahun dengan seizin orang tua.

Sebelumnya, Yuyun mengatakan mendonorkan darah saat pandemi Covid-19 aman dilakukan asal tetap mengikuti protokol kesehatan. “Tentu saja aman donor saat COVID-19 masih terjadi, selama tetap mengikuti aturan kesehatan,” katanya dalam sesi tanya jawab WHO menyambut Hari Donor Darah Sedunia secara live diakses dari Jakarta, Ahad (14/6) malam.

Seperti diketahui, transmisi SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 berasal dari tetesan kecil (droplet) saat seseorang yang terjangkit penyakit tersebut bersin atau batuk. Jadi sangat penting untuk pusat transfusi darah selalu membersihkan atau menyemprotkan disinfektan semua ruangan dan area lainnya dalam gedung yang menjadi pusat donor darah.

“Termasuk memperhatikan tempat sampah di mana pendonor membuang tisu bekasnya,” kata Yuyun.

Pendonor juga harus menjaga jarak, petugas harus menggunakan sarung tangan, keduanya harus selalu memakai masker, sementara pengelola pusat donor darah perlu memastikan ventilasi ruangan yang digunakan mendonorkan darah terjaga baik agar pertukaran udara tidak terhambat, lanjutnya.

Selain itu, Yuyun menyarankan pendonor mengisi formulir yang dapat memudahkan pelacakan atau tracking jika di kemudian hari diketahui ada yang terpapar Covid-19.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement