REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertumbuhan industri asurasi umum diperkirakan akan tergerus drastis pada tahun ini akibat Covid-19. Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) memprediksi kinerja industri akan tumbuh negattif dikisaran 15-25 persen.
"Harapannya tidak sampai minus 30 persen. Kami optimistis hanya di 15 persen," kata Wakil ketua bidang statistik dan penelitian AAUI, Trinita Situmeang, akhir pekan lalu.
Trinita menjelaskan, potensi penurunan terbesar diprediksi bakal berasal dari lini bisnis properti. Trinita melihat banyak prusahaan properti yang mengurangi operasi selama selama pandemi. Di sisi lain, tren penjualan properti pun jatuh cukup dalam.
Selain itu, lini bisinis kendaraan bermotor juga akan menyumbang penurunan pertumbuhan industri asuransi umum. Berdasarkan data Gaikindo, penjualan kendaraan bermotor turun drastis hingga 40 persen pada kuartal I-2020. Kondisi ini diperkirakan masih akan memburuk hingga akhir tahun.
Di samping properti dan kendaraan bermotor, lini bisnis yang akan tumbuh negatif yaitu asuransi personal accident dan kartu kredit. Menurut Trinita, keempat lini bisnis ini berkontribusi sebesar 75 persen terhadap industri asuransi umum.
Pada kuartal I-2020, Trinita mengakui, industri asuransi umum belum cukup terdampak oleh Covid-19. Industri masih membukukan Premi Bruto sebesar Rp 19,8 triliun pada periode tersebut. Perolehan itu tumbuh 0,4 persen dibandingkan kuartal-I 2019 yang sebesar Rp 19,7 triliun.
Meski demikian, Direktur Eksekutif AAUI Dody Achmad Sudiyar Dalimunthe, menjelaskan terdapat sejumlah lini bisnis yang masih bisa dioptimalkan selama pandemi ini. Diantaranya yaitu sektor ritel konsumer dan telekomunikasi yang pertumbuhannya bisa mencapai 500 persen.
"Sektor-sektor ini kami harapkan dapat bertahan dan tetap tumbuh, karena sektor ini juga mendorong kami menjalani masa-masa PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dan Covid-19," tutup Dody.
Adapun pembayaran klaim di industri asuransi umum pada kuartal I-2020 mencapai Rp 8,8 triliun. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 4,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 8,4 triliun.
Kontribusi klaim asuransi umum masih didominasi oleh lini bisnis kendaraan bermotor serta properti masing-masing sebesar Rp 2 triliun dan Rp 1,7 triliun. Kemudian selanjutnya dikontribusukan oleh lini bisnis Asuransi Kredit dan Personal Accident sebesar Rp 1,6 triliun dan Rp 1,4 triliun.