REPUBLIKA.CO.ID, ATLANTA -- Kantor Pengujian Medis Fulton County, Georgia, menyatakan, Rayshard Brooks ditembak dua kali di bagian punggung. Dia meninggal karena kerusakan organ dan kehilangan darah akibat dua luka tembak.
Seperti dikutip dari CNN, autopsi yang dilakukan pada Ahad (14/6) ini menguak penyebab kematian Brooks yang terkena luka tembak di punggung. Cara ini ini masuk dalam daftar sebagai kasus pembunuhan.
Brooks ditembak mati oleh seorang perwira di drive-through Wendy pada Jumat (12/6) malam. Polisi melaporkan, dia diduga mengemudi di bawah pengaruh minuman keras dan saat akan dilakukan pemeriksaan dan penangkapan, Brooks kabur mengambil Taser petugas. Ia juga menembak Taser pada petugas saat melarikan diri. Seorang petugas kemudian menembak Brooks dengan fatal tiga kali dengan senjata.
Perwira yang membunuh Brooks diketahui bernama Garrett Rolfe dan langsung diberhentikan esok harinya. Perwira kedua yang terlibat dalam pembunuhan itu, Devin Brosnan, ditempatkan pada tugas administrasi.
Atas peristiwa ini, para pengunjuk rasa turun ke jalan-jalan Atlanta dan di tempat lain di seluruh negeri pada akhir pekan. Di Atlanta, mereka berkumpul di restoran cepat saji tempat Brooks meninggal dan membakarnya.
Pengacara Distrik Fulton, Paul Howard, mengkritik penanganan polisi terhadap penembakan fatal Brooks. "(Brooks) tampaknya tidak menghadirkan ancaman apa pun kepada siapa pun, dan fakta bahwa itu akan meningkat hingga kematiannya tampaknya tidak masuk akal," katanya.
Pembunuhan itu memiliki akibat fatal di Atlanta, salah satu dari banyak kota di mana para pemrotes menyerukan diakhirinya kekerasan polisi dan rasisme setelah pembunuhan terhadap George Floyd di Minneapolis, Minnesota. Wali Kota Atlanta, Keisha Lance Bottoms, mengatakan dia tidak percaya kematian Brooks adalah penggunaan kekuatan mematikan yang dibenarkan.