REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Presiden Prancis Emmanuel Macron menegaskan sikapnya yang berdiri teguh melawan rasisme, Ahad (14/6). Hanya saja, dia menolak menurunkan patung para tokoh era kolonial yang kontroversial.
"Republik tidak akan menghapus jejak, atau nama apa pun, dari sejarahnya ... itu tidak akan menurunkan patung apa pun. Kita harus melihat semua sejarah kita bersama dengan kejernihannya," ujar Macron.
Dalam pidato yang disiarkan televisi, Macron menyerukan persatuan negara itu pada saat penting. Negara ini masih harus menghadapi krisis yang ditimbulkan akibat penyebaran virus Corona. Kemudian sekarang berlanjut dengan serangkaian protes terhadap ketidakadilan rasial serta kebrutalan polisi.
Macron pun mengakui bahwa asal, nama, warna kulit seseorang dapat mengurangi peluang mereka untuk berhasil dalam masyarakat Prancis. Dia menyerukan perjuangan untuk memastikan setiap orang dapat menemukan tempat tepat tanpa memandang asal etnis atau agama . Dia berjanji untuk tidak berkompromi dalam menghadapi rasisme, anti-Semitisme, dan diskriminasi.
Tapi, Macron bersikeras bahwa Prancis tidak akan menurunkan patung tokoh-tokoh era kolonial yang kontroversial seperti yang terjadi di beberapa negara lain dalam beberapa pekan terakhir. Banyak protes untuk penurunan patung yang dikaitkan dengan perdagangan budak Prancis atau kesalahan kolonial.
Macron menegaskan, Prancis tidak akan menghapus sejarah dan justru jernih dalam melihatnya, termasuk hubungan dengan Afrika dengan tujuan kebenaran. Dia tidak ingin menyangkal asal dari warga Prancis sebenarnya.