Senin 15 Jun 2020 12:56 WIB

Pakar: Jangan Lihat Data Covid-19 tanpa Pembanding

'Kasus positif bertambah karena pemeriksaan di lapangan bertambah,' kata pakar.

Covid-19 (ilustrasi). Pakar epidemiologi dan informatika penyakit menular Dewi Nur Aisyah meminta masyarakat tidak melihat angka penambahan kasus positif Covid-19 tanpa membandingkan dengan jumlah spesimen yang diperiksa.
Foto: www.freepik.com
Covid-19 (ilustrasi). Pakar epidemiologi dan informatika penyakit menular Dewi Nur Aisyah meminta masyarakat tidak melihat angka penambahan kasus positif Covid-19 tanpa membandingkan dengan jumlah spesimen yang diperiksa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar epidemiologi dan informatika penyakit menular Dewi Nur Aisyah meminta masyarakat tidak melihat angka penambahan kasus positif Covid-19 tanpa membandingkan dengan jumlah spesimen yang diperiksa. Perbandingan itu akan memperlihatkan bahwa peningkatan kasus karena pemeriksaan meningkat.

"Jangan melihat bulat-bulat apa yang di depan mata. Lihat lagi, penambahan kasus positif karena apa. Kasus positif bertambah karena pemeriksaan di lapangan bertambah," kata Dewi dalam bincang-bincang Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 yang diikuti melalui akun Youtube BNPB Indonesia di Jakarta, Senin (15/6).

Baca Juga

Anggota Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 itu mengatakan ketika kemarin jumlah spesimen yang diperiksa 10 ribu dan hari ini yang diperiksa 20 ribu maka pasti akan ada lonjakan kasus positif. Menurut Dewi, tenaga kesehatan di lapangan semakin agresif melakukan pemeriksaan. 

Bila sebelumnya yang diperiksa hanya pasien dalam pemeriksaan di rumah sakit, saat ini mulai turun ke lapangan dengan penelusuran kontak yang agresif. "Jangan langsung kaget saat kasus positif melonjak. Lihat dulu pemeriksaannya. Saat ini, orang di zona merah juga diperiksa meskipun tanpa ada gejala," tuturnya.

Dewi mengatakan makin banyak yang diperiksa maka akan semakin didapat gambaran penyebaran Covid-19 di masyarakat. Pemeriksaan yang semakin banyak juga harus dibarengi dengan peningkatan kapasitas layanan kesehatan mulai dari tempat tidur di rumah sakit bagi pasien dengan tingkat keparahan tinggi hingga tempat isolasi di rumah sakit darurat bagi orang tanpa gejala atau gejala ringan.

"Yang bisa melakukan isolasi mandiri, lebih baik melakukan isolasi mandiri daripada memakai tempat tidur di rumah sakit. Tempat tidur di rumah sakit untuk pasien yang betul-betul perlu dirawat saja," katanya.

Dewi mengatakan epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari frekuensi, distribusi dan tingkat keparahan sebuah penyakit. Epidemiolog melihat siapa saja yang terinfeksi penyakit mulai dari jenis kelamin hingga usianya.

"Kalau dokter menghadapi individu-individu, epidemiolog lebih ke masyarakat untuk mencari titik risiko sehingga bisa melakukan pencegahan. Karena itu, data sangat penting," jelasnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement