Senin 15 Jun 2020 14:48 WIB

'Normal Baru' Ubah Wajah Industri Fesyen

Era 'normal baru' tak ada lagi pengalaman coba baju hingga fashon show tatap muka.

Red: Nora Azizah
Era 'normal baru' tak ada lagi pengalaman coba baju hingga fashon show tatap muka (Foto: ilustrasi fashion show)
Foto: Republika/Edi Yusuf
Era 'normal baru' tak ada lagi pengalaman coba baju hingga fashon show tatap muka (Foto: ilustrasi fashion show)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Normal baru (new normal), diprediksi akan terjadi sejumlah tren yang akan mengubah kebiasaan dan gaya hidup, termasuk di dunia fesyen dan mode. Menurut perancang busana Musa Widyatmojo, mencoba pakaian sebelum dibeli di butik atau mal, hingga pergelaran busana akan menjadi berbeda di fase normal baru ini.

"Misalnya seperti di departement store, kita biasanya fitting (sebelum beli pakaian). Sekarang new normal-nya adalah tidak ada lagi fitting room. Customer tidak boleh mencoba baju karena bisa saja menjadi sarana (penularan) virus," kata Musa dalam siaran IG Live bersama Caren Delano, Ahad (14/6) malam.

Baca Juga

Sebagai informasi, membeli pakaian tanpa fitting sendiri sudah mulai diterapkan di sejumlah butik di New York, Amerika Serikat. Opsi ini kemudian dialihkan menjadi "window shopping" melalui platform digital. Lebih lanjut, selain mengubah kebiasaan konsumen, hal ini tentu mendorong pelaku bisnis fesyen untuk lebih kreatif dan beradaptasi dengan cepat agar dapat bersaing di industri ini.

"Jadi, brand akan membuat standar yang lebih bagus. Mau tidak mau kita (produsen) harus ciptakan sesuatu dengan sistem dan standar baru dan kuat. Itu jadi tantangan tentang apa yang kita lakukan sebagai retailer maupun pembuat koleksi," ujar Musa.