REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam sebuah laporan Jerusalem Post, Kepala badan keagamaan utama Turki, yang didukung oleh menteri luar negeri negara itu disebut akan mengakhiri pendudukan Yerusalem. Disebutkan dalam laporan itu, Israel juga dituduh bertanggung jawab atas perang dan upaya memecah belah negara-negara Muslim.
Mengutip Ahval News, Senin (15/6), hal tersebut selaras dengan komentar dari beberapa tokoh, salah satunya kepala Direktorat Urusan Agama Turki, Ali Erbaş. Dalam sebuah forum, dia menyatakan kepada intelek Palestina, bahwa perjuangan akan terus dilanjutkan hingga Yerusalem benar-benar bebas.
"Peradaban Islam memiliki ingatan akan pengetahuan dan nilai-nilai historis dan bahwa tidak pernah mungkin bagi umat Islam untuk menyerah pada kota yang diberkati," kata Jerusalem Post mengutip Erbaş.
Tak hanya itu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang memang telah lama memperjuangkan kemerdekaan Palestina, disebut secara resmi akan melindungi Yerusalem. Menurut dia, kota yang menjadi konflik Israel-Palestina itu, telah menjadi zona merah bagi Turki.
Lebih lanjut masih dalam laporan, tokoh-tokoh Turki itu juga menyinggung rencana ibu Kota Turki, Ankara yang akan menjadikan Yerusalem sebagai tujuan kepentingan Islam dan Palestina, serta untuk menggalang dukungan negara-negara Timur Tengah untuk melawan Israel.
Rencana tersebut dilakukan dengan menyerukan transformasi Hagia Sophia, bekas gereja abad ke-6 di Istanbul, untuk dijadikan masjid kembali setelah sebelumnya menjadi museum. Terkait upaya mengubah situs warisan dunia UNESCO itu, Erdogan nyatanya telah berulang kali menyarankan perubahan itu sebagai permintaan dari ulama Turki. Bahkan, masalah-masalah yang berkaitan dengan Palestina juga kini mulai diserukan untuk diteken dalam pendidikan di Turki.
"Umat tidak akan pernah menyerah pada negara Palestina yang berdaulat dengan al-Quds al-Sharif sebagai ibu kotanya!" ujar Menteri Luar Negeri Turki, Mevlüt Çavuşoğlu baru-baru ini pascapertemuan eksekutif Organisasi Kerja Sama Islam (OIC).