REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Kepala Kantor OJK (Otoritas Jasa Keuangan) Purwokerto, Sumarlan, menegaskan kondisi perbankan di Banyumas masih dalam kondisi stabil dan terjaga. Berbagai indikator likuiditas perbankan di eks Karesidenan Banyumas masih cukup baik.
Sumarlan menjelaskan, hingga April 2020 lalu, pertumbuhan kredit perbankan masih mencapai 6,41 persen (year on year /yoy), Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 9,73 persen (yoy), dan NPL (Non Performing Loan) atau kredit bermasalah masih terjaga di angka 3,47 persen.
"Sebagian besar perbankan di eks Karesidenan Banyumas merupakan kantor cabang dari perbankan nasional. Rasio keuangan perbankan secara nasional juga masih dalam batas aman," kata Sumarlan, Senin (15/6).
Sebagaimana disampaikan OJK dalam siaran persnya, permodalan (CAR) perbankan nasional per April 2020 masih mencapai 22,13 persen, kredit bermasalah (NPL) gross hanya 2,89 persen dengan NPL Net 1,09 persen, dan kecukupan likuiditas mencapai 117,8 persen dan 25,14 persen. Jauh di atas ambang batas 50 persen dan 10 persen.
Ia mengatakan, OJK Purwokerto perlu merespons viralnya berita lama yang mengaitkan kondisi beberapa bank di Tanah Air. Viralnya berita tersebut telah dimanfaatkan oknum yang tidak beretika, sebagai marketing gimmick untuk menarik nasabah bank.
Sumarlan menyatakan, OJK Purwokerto telah meningkatkan koordinasi dengan seluruh lembaga jasa keuangan, baik perbankan maupun nonperbankan. ''Antar sesama LJK terus meningkatkan sinergi sehingga bisa saling memperkuat kegiatan operasional masing-masing LJK,'' kata dia.
Dia juga menyatakan telah meminta LJK untuk meningkatkan edukasi pada para nasabah, agar masyarakat tidak panik dengan banyaknya isu negatif yang beredar saat ini. Melalui upaya ini, dia berharap suasana kondusif perbankan di wilayah eks Karesidenan Banyumas dapat tetap terjaga.
''OJK mengharapkan masyarakat tetap tenang dan tidak mudah percaya informasi-informasi hoax, serta melakukan transaksi perbankan secara wajar,'' kata Sumarlan.