REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) bersiap untuk melepas subholding hulu ke pasar. Harapannya dengan melepas subholding hulu ke publik, maka kapitalisasi pasar perusahaan migas pelat merah tersebut makin besar.
Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati menjelaskan, salah satu tujuan Pertamina mengubah susunan organisasi guna memberikan keleluasaan bagi subholding hulu yang merupakan salah satu sektor yang siap menjadi perusahaan publik. Hal ini juga sejalan dengan tujuan untuk membuat Pertamina bisa masuk ke dalam daftar 100 besar perusahaan terbesar di dunia.
"Kalau kita lihat akuisisi, IPO itu hal-hal yang harus dilakukan kalau kita ingin melakukan pertumbuhan yang cepat," ujar Nicke, Senin (15/6).
Di samping itu, restrukturisasi itu guna mengejar target yang diberikan Menteri BUMN untuk membuat kapitalisasi pasar Pertamina bisa tembus 100 miliar dolar AS. Nicke menjelaskan restrukturisasi internal perseroan sebenarnya telah direncanakan sejak jauh-jauh hari.
Ia menjelaskan rencana tersebut telah diinisiasi sejak 2016 silam dengan melibatkan Kementerian BUMN dan Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Dari inisiasi tersebut, telah dilahir satu subholding gas yakni dijalankan oleh PT Perusahaan Gas Negara Tbk dan PT Pertamina Gas.
Dia mengungkapkan, pandemi Covid-19 menjadi salah satu faktor yang mempercepat melahirkan lima subholding tersebut. Pertimbangannya, untuk mempercepat proses adaptasi pergeseran tren penggunakaan bahan bakar fosil menuju energi baru dan terbarukan.
"Jadi bukan tiba-tiba, pandemi Covid-19 ini mempercepat saja proses kelahirannya. Kita harus berubah lebih cepat kalau kita melakukan suatu perubahan dalam badan yang besar," ungkap Nicke.