Selasa 16 Jun 2020 01:35 WIB

Sampah Rumah Tangga Meningkat Selama PSBB

Masyarakat diminta lebih bijak dalam mengelola sampah rumah tangga.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nora Azizah
Masyarakat diminta lebih bijak dalam mengelola sampah rumah tangga (Foto: ilustrasi sampah)
Foto: Huffpost
Masyarakat diminta lebih bijak dalam mengelola sampah rumah tangga (Foto: ilustrasi sampah)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sampah rumah tangga yang dihasilkan masyarakat meningkat selama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Memasuki era kenormalan baru, masyarakat diharapkan lebih bijak dalam memperhatikan tingkat konsumsi, memilih produk dan mengelola sampah yang dihasilkan di rumah tangga.

Selama PSBB, banyak orang yang memusatkan sebagian besar aktivitasnya di rumah. Kebiasaan berbelanja pun tampak bergeser ke arah pembelanjaan daring. Penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Oseanografi dan Pusat Penelitian Kependudukan LIPI juga menunjuukan bahwa penggunaan layanan pesan antar meningkat di area Jabodetabek selama PSBB.

Baca Juga

Seperti diketahui, barang yang dibeli secara daring biasanya dikemas dalam bungkusan yang berlapis-lapis. Bungkusan berlapis dari barang belanjaan daring ini turut menjadi berkontribusi dalam meningkatnya sampah rumah tangga. Hal ini penting untuk diperhatikan mengingat sampah rumah tangga memiliki persentase hingga 62 persen dari total sampah nasional.

"Inilah yang tidak diperhatikan selama ini. Kita beli satu barang yang kecil, agar tidak pecah dibungkus (berlapis-lapis)," tukas Pakar Teknologi Lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB) Prof Dr Ir Enri Damanhuri dalam webinar bersama Danone-AQUA.

Prof Enri mengatakan pengelolaan sampah tidak bisa hanya bergantung pada konsep kumpul-angkut-buang. Semua pihak, mulai dari masyarakat atau konsumen hingga produsen, harus ikut terlibat.

Masyarakat atau konsumen bisa berperan dalam memilih produk yang sifatnya sirkular atau bisa didaurulang maupun diguna ulang untuk menekan sampah yang dihasilkan. Masyarakat juga bisa berperan dengan memilah sampah rumah tangga atau mengolah sampah organik di rumah untuk kegunaan lain.

photo
Kerajinan dari sampah. Ilustrasi - (Antara)

"(Mengolah sampah organik menjadi) kompos misalnya," jelas Prof Enri.

Penyelam dan Pendiri Divers Clean Action (DCA) Swietenia Puspa Lestari menambahkan, data dari LIPI menunjukkan bahwa jasa delivery makanan dan produk belanja daring meningkat dua kali lipat. Sekitar 96 persen dari kemasan makanan dan produk belanja daring tersebut adalah plastik.

"Kita bisa mengurangi sampah dengan memilih opsi pengiriman alternatif yang tidak menambah sampah," lanjut Swietenia.

Dari segi produsen, tambah Prof Enri, produsen memiliki tanggung jawab untuk mengurangi sampah melalui inovasi kemasan dan model bisnis. Salah satunya dengan memproduksi produk dengan kemasan guna ulang.

"Termasuk galon guna ulang," ujar Prof Enri.

Danone-AQUA termasuk salah satu perusahaan yang telah mengimplementasikan prinsip ekonomi sirkular di setiap lini produknya. Danone-AQUA telah menghadirkan inovasi galon guna ulang pertama di Indonesia pada 1983.

"Saat ini galon mencakup 70 persen volume bisnis kami, yang mana berarti 70 persen bisnis kami sepenuhnya sirkular," jelas Sustainable Development Director Danone-AQUA Karyanto Wibowo.

Karyanto memastikan abhwa sejak dulu kemasan galon guna ulang dari Danone-AQUA terjamin keamanannya. Masyarakat juga tak perlu ragu karena galon guna ulang ini melalui proses higienis yang ketat dan terstandarisasi oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement