REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Sejumlah petani padi huma di Kabupaten Lebak, Banten, panen raya dan turut menyumbang ketahanan pangan keluarga di tengah pandemi Covid-19 itu.
"Kita panen panen padi huma dan mampu memenuhi kebutuhan konsumsi pangan keluarga," kata Udin (60 tahun), seorang petani padi huma di Curugbitung Kabupaten Lebak, Selasa (16/6).
Panen padi huma di sini mencapai puluhan hektare dengan mengembangkan pertanian pangan di lahan darat dengan masa panen hingga enam bulan terhitung dari hari setelah tanam. Kebanyakan panen raya padi huma ditanam sejak Januari 2020 dan kini petani terpenuhi kebutuhan pangan keluarga hingga tahun depan.
Petani yang mengembangkan padi huma rata-rata tidak menjual gabah maupun beras jika panen raya. Saat ini, Udin menanam padi huma seluas setengah hektare dan menghasilkan 70 ikat padi (geugeus).
"Kami panen padi huma sebanyak itu tentu mencukupi kebutuhan konsumsi pangan keluarga hingga tahun depan," katanya.
Begitu juga Rohman (55), seorang petani Sajira Kabupaten Lebak, mengatakan dirinya bersama petani lainnya masih mempertahankan pertanian padi huma dan menjadikan tradisi setiap musim tanam. Pertanian padi huma ditanam di lahan darat atau kebun ladang dan tidak di areal persawahan. Padi ditanam dengan menggunakan pupuk organik tanpa pupuk kimia.
Selain itu, butir-butir gabah dipotong menggunakan alat ani-ani. Petani mengembangkan padi huma dengan sistem tumpang sari bersama pertanian palawija dan sayuran.
Padi huma menggunakan benih padi lokal dan bisa memasuki masa panen hingga enam bulan ke depan. "Kami hingga kini bercocok tanam mempertahankan tradisi kesepuhan dengan menanam padi huma dan setahun satu kali panen," ujarnya.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lebak Rahmat Yuniar mengatakan saat ini produksi padi huma di daerah ini mencapai 50 ribu ton gabah kering pungut (GKP)/tahun. Petani mengembangkan padi huma hampir di 28 kecamatan di Kabupaten Lebak dengan alasan mempertahankan tradisi masyarakat. Tanaman padi huma tidak membutuhkan ketersediaan air banyak dan biaya relatif murah.
Saat ini, petani padi huma atau padi gogo yang masih bertahan dikembangkan masyarakat kesepuhan Sunda, diantaranya komunitas Suku Baduy. "Kami tetap melestarikan pertanian padi huma karena membantu ketersediaan pangan keluarga, terlebih saat ini pandemi Covid-19," katanya.