REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA--Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Uus Supangat mengatakan, jumlah kasus meninggal akibat DBD saat ini mengalami peningkatan lebih dari 100 persen dari periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Ia menyebut, pada periode Januari-Juni 2019, jumlah kasus meninggal karena DBD tak lebih dari 50 dari 11 orang yang meniggal tahun ini. "Sampai saat ini, kasus DBD hampir 500, yang meninggal ada 11 orang. Sekira 30 persen yang meninggal adalah anak-anak. Ini sangat berpotensi jadi KLB (kejadian luar biasa)," kata dia, Selasa (16/6).
Terjadi peningkatan kasus demam berdarah dengue (DBD). Hingga pertengahan Juni 2020, kasus DBD di Kota Tasikmalaya hampir menembus 500 kasus, di mana 11 orang di antaranya meninggal dunia.
Saat ini, Dinas Kesehatan terus sosialisasi ke kecamatan. Harapannya, pencegahan DBD dapat sampai level masyarakat. Ia mengingatkan agar warga tetap waspada penyebaran DBD. Sebab, hingga saat ini masih sering terjadi hujan di Kota Tasikmalaya, yang menjadi sumber genangan air tempat sarang nyamuk.
Uus mengatakan, memberantas jentik nyamuk hanya bisa dilakukan dengan pemberantasan sarang nyamuk mandiri (PSM). "Caranya sangat sederhana, yaitu membersihkan genangan air, menutup tempat air, dan menguras rutin," kata dia.
Uus berharap, adanya pembatasan aktivitas sosial akibat pandemi Covid-19 membuat warga lebih meningkatkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS). "Kita kemarin kan banyak WFH (work from home), seharusnya dimanfaatkan untuk membersihkan lingkungan," kata dia.
Ia meminta masyarakat tak terlalu mengandalkan pengasapan (fogging) untuk memberantas nyamuk aedes aegipty. Sebab, menurut dia, fogging hanya membunuh nyamuk dewasa, tidak sampai ke jentik.