REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Dewan Olimpiade Tokyo 2020 Haruyuki Takahashi mengatakan, penundaan lanjutan untuk olimpiade harus dipertimbangkan. Namun, bukan memilih opsi pembatalan, jika pandemi Covid-19 tidak kunjung membaik.
Sebelumnya, alih-alih tetap melaksanakan olimpiade bulan depan, Pemerintah Jepang dan Komite Olimpiade Internasional (IOC) membuat keputusan pada bulan Maret untuk menunda ajang itu hingga tahun 2021.
Presiden IOC Thomas Bach mengatakan, olimpiade harus dibatalkan jika acara tidak dapat diadakan tahun depan. Namun Takahashi mengatakan, pembatalan itu akan memiliki implikasi keuangan yang besar.
"Jepang dan ekonomi dunia akan sangat terpukul. Wacana pengunduran ulang harus lebih dulu dipertimbangkan daripada opsi pembatalan," kata Takahashi melalui Reuters, Selasa (16/6).
Presiden Olimpiade Tokyo 2020 Yoshiro Mori menegaskan, selama pertemuan dewan eksekutif komite penyelenggara pada hari Jumat tidak dibahas ide untuk membatalkan olimpiade bersama dengan IOC.
Dengan agenda mendatang seperti Olimpiade Musim Dingin Beijing dan Piala Dunia Sepak Bola yang akan diselenggarakan pada tahun 2022, maka penundaan Olimpiade Tokyo yang lebih panjang justru akan menyebabkan masalah penjadwalan dan konflik yang lebih besar.
Takahashi sempat menjadi sorotan di bulan Maret ketika hasil investigasi Reuters menemukan bahwa ia dibayar Rp 115,5 miliar oleh komite yang mengajukan Tokyo sebagai tuan rumah Olimpiade 2020 dalam proses bidding.