Selasa 16 Jun 2020 15:46 WIB

Pemimpin Hong Kong: Penolak UU Keamanan China Musuh Rakyat

Lam meminta semua tidak mengganggu rencana China dan stabilitas Hong Kong.

Para pengunjuk rasa melakukan aksi protes di sebuah pusat perbelanjaan di Hong Kong, Selasa (9/6). Setahun sejak dimulainya protes anti-pemerintah Hong Kong, pemimpin kota Cina semi-otonom mengatakan bahwa semua pihak harus belajar dari kesulitan dan masa-masa sulit selama setahun terakhir.
Foto: AP / Vincent Yu
Para pengunjuk rasa melakukan aksi protes di sebuah pusat perbelanjaan di Hong Kong, Selasa (9/6). Setahun sejak dimulainya protes anti-pemerintah Hong Kong, pemimpin kota Cina semi-otonom mengatakan bahwa semua pihak harus belajar dari kesulitan dan masa-masa sulit selama setahun terakhir.

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Pemimpin Hong Kong Carrie Lam mendesak semua pihak berhenti mengganggu upaya Beijing memberlakukan undang-undang keamanan nasional di pusat keuangan tersebut. Ia menyebut para penentang sebagai "musuh rakyat".

"Saya mendesak lawan yang masih menggunakan taktik yang biasa untuk menjelekkan dan menodai upaya ini untuk berhenti karena dengan melakukan ini mereka menjadi musuh rakyat Hong Kong," kata Lam sebelum rapat kabinet, Selasa, merujuk pada undang-undang yang akan diberlakukan.

Baca Juga

"Sebagian besar warga ingin memulihkan stabilitas, dan memiliki keselamatan, kepuasan, dan pekerjaan," ujar dia menambahkan,

Bulan lalu, Beijing mengumumkan rencana untuk memperkenalkan undang-undang di Hong Kong guna mengatasi pemisahan diri, subversi, terorisme, dan campur tangan asing. Para kritikus melihat undang-undang tersebut sebagai ancaman paling serius terhadap formula "satu negara, dua sistem", yang disetujui ketika bekas koloni Inggris itu kembali ke pemerintahan China pada 1997.

Atura ini dinilai bertujuan untuk memastikan kebebasan dan perannya sebagai pusat keuangan global. Pemerintah China dan pemerintah kota Lam yang didukung Beijing mengatakan undang-undang itu tidak akan membatasi kebebasan tetapi akan menargetkan sejumlah kecil "pengacau" dan membantu mewujudkan stabilitas setelah setahun protes anti pemerintah.

Lam berbicara setahun setelah demonstrasi terbesar terjadi di Hong Kong sat dua juta orang berunjuk rasa melawan RUU untuk ekstradisi ke daratan China.

Kritikus melihat RUU itu sebagai ancaman terhadap independensi peradilan.

Tahun ini, wabah virus corona meredakan aksi unjuk rasa, tetapi demonstrasi kembali muncul sejak Beijing mengumumkan rencana hukum keamanan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement