REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Korea Selatan akan menyurati PBB soal kegagalan Jepang untuk menghormati korban kerja paksa masa perang di fasilitas baru yang dibuat untuk memperingati direvolusi industrinya, lansir media setempat pada Selasa (16/6).
Menurut kantor berita Yonhap, Seoul menyesalkan pusat informasi baru Jepang di situs industri era Meiji yang tidak memberikan penjelasan tentang tenaga kerja paksa Korea yang digunakan di sejumlah lokasi selama Perang Dunia II.
"Kami sedang mempertimbangkan untuk mengirim surat ke UNESCO untuk meminta upaya multilateral untuk memastikan Jepang dengan setia memenuhi janjinya dan menunjukkan materi peringatan untuk para korban di fasilitas itu," kata seorang pejabat Kementerian Luar Negeri Korea Selatan.
Pejabat itu mengatakan kementerian berencana untuk mengirim surat itu secepatnya. Perkembangan itu terjadi sehari setelah Kementerian Luar Negeri memanggil utusan Jepang di Seoul untuk mengajukan protes atas masalah tersebut.
"Kami sangat khawatir dan kecewa karena kami tidak bisa melihat upaya apa pun untuk memperingati para korban di bagian mana pun dalam pameran itu," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan.
Pusat Informasi Warisan Industri di Tokyo menampilkan 23 situs era Meiji Jepang periode hampir 45 tahun dari 1868-1912. Pembukaan fasilitas itu bertujuan untuk menyoroti prestasi Jepang dalam penambangan besi, baja, dan batubara selama revolusi industrinya.
Situs-situs bersejarah, yang ditempatkan pada daftar Warisan Dunia UNESCO pada 2015, mencakup Pulau Hashima atau juga dikenal sebagai Pulau Kapal Perang, dan enam situs lainnya di mana banyak warga Korea dipaksa bekerja selama pemerintahan kolonial Jepang 1910-1945. Tokyo berjanji untuk mengakui warga Korea dan warga lainnya yang dibawa atas kehendak mereka dan dipaksa untuk bekerja di bawah kondisi yang keras di tahun 1940-an di beberapa lokasi, tetapi gagal memenuhi janjinya.
Korea Selatan dan Jepang mengalami perselisihan berkepanjangan tentang sejarah masa perang dan terus terlibat dalam perang dagang yang tak berkesudahan.