Selasa 16 Jun 2020 22:33 WIB

Anies: Belum Ada Indikasi Jakarta kembali ke Masa PSBB

Anies mengatakan belum ada indikasi Jakarta kembali ke masa PSBB.

Menteri Perdagangan Agus Suparmanto (kedua kiri depan) didampingi Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kiri depan) saat meninjau Mall Kota Kasablanka, Jakarta, Selasa (16/6/2020). Menteri Perdagangan menyatakan, tujuan dibukanya kembali pusat perbelanjaan, agar sektor ekonomi tidak makin terpuruk, pemerintah bersinergi dengan lembaga terkait untuk membuka kembali aktivitas perdagangan salah satunya di pusat perbelanjaan dan menerapkan berbagai protokol kesehatan dalam masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi utuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19.
Foto: Antara/Reno Esnir
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto (kedua kiri depan) didampingi Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kiri depan) saat meninjau Mall Kota Kasablanka, Jakarta, Selasa (16/6/2020). Menteri Perdagangan menyatakan, tujuan dibukanya kembali pusat perbelanjaan, agar sektor ekonomi tidak makin terpuruk, pemerintah bersinergi dengan lembaga terkait untuk membuka kembali aktivitas perdagangan salah satunya di pusat perbelanjaan dan menerapkan berbagai protokol kesehatan dalam masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi utuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, hingga 10 hari masa transisi berjalan, tidak ada indikasi Jakarta kembali ke masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Anies mengatakan, tingkat reproduksi penularan Covid-19 (Rt) di wilayah Jakarta masih berada diangka 0,99.

"Sejauh ini, evaluasi selama sepekan hingga 10 hari terakhir, indikator itu tidak nampak. Artinya kita sekarang bisa berkata bahwa selama satu minggu ini, tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan kita akan kembali ke PSBB," kata Anies saat meninjau pembatasan di mal Kota Casablanca, Jakarta Selatan, Selasa (16/6).

Baca Juga

Anies melanjutkan, indikator-indikator yang dimaksud adalah indikator epidemiologi, indikator kesehatan masyarakat yang tidak menunjukan tren negatif. Untuk itu, menurutnya belum perlu mengambil tindakan membatalkan aturan secara darurat atau emergency brake policy sehingga harus kembali ke PSBB.

"Tapi saya perlu garisbawahi bahwa angka yang muncul itu selalu delay 1-2 minggu. Jadi peristiwa yang terjadi dua minggu lalu, baru kelihatan angkanya sekarang. Jadi peristiwa selama seminggu terakhir ini, ya kita harus tunggu lagi 1-2 minggu ke depan," ujarnya.

Anies menambahkan salah satu indikator positif itu, terlihat dari tingkat reproduksi penularan paparan COVID-19 (Rt) yang menunjukan di bawah satu. "Dari kemarin kita lihat masih 0,99, masih sama. Artinya cenderung melambat," ucapnya.

Kendati demikian, Anies menyebut bahwa kemungkinan tersebut tidak tertutup sepenuhnya. Sebab, pemegang kunci akan hal tersebut bukanlah pemerintah, namun perilaku kolektif warga Jakarta sendiri yang saat ini berjumlah 11 juta yang menentukan apakah akan bisa melewati masa transisi dengan baik atau tidak.

"Karena itu pada masa transisi yang memasuki fase sehat, aman dan produktif dengan kegiatan ekonomi, sosial dan budaya yang sudah mulai hidup, perlu semuanya untuk disiplin, dan perlu menaati protokol kesehatan supaya kita tidak harus kembali lagi (ke masa PSBB)," kata Anies.

Diketahui, usai menjalankan tiga fase PSBB, Pemprov DKI Jakarta melanjutkan masa PSBB dengan pelonggaran mulai tanggal 5 Juni 2020 dan menetapkan bulan Juni ini sebagai masa transisi menuju gaya kehidupan normal yang baru (new normal) dengan berbagai protokol kesehatan yang harus dipegang seperti penggunaan masker, sarung tangan, dan menjaga jarak.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement