Selasa 16 Jun 2020 22:47 WIB

Alasan Mengapa Umat Islam Dianjurkan Kurangi Makan-Minum

Mengurangi makan dan minum merupakan tuntunan dan teladan Rasulullah SAW.

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Mengurangi makan dan minum merupakan tuntunan dan teladan Rasulullah SAW.
Foto: www.freepik.com
Mengurangi makan dan minum merupakan tuntunan dan teladan Rasulullah SAW.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Banyaknya sajian makanan yang tersedia di zaman ini terkadang membuat pola makan menjadi tidak terkendali. Namun, Islam mengajarkan agar pengikutnya tidak berlebihan dalam mengkonsumsi makanan tersebut, karena bisa menjadi sumber penyakit.

Mengurangi makan dan minum memiliki banyak keutamaan dalam Islam. Dalam kitab Tanqih al-Qaul, Syekh Nawawi al-Bantani mengutip hadits Nabi tentang keutamaan mengurangi makan dalam beribadah. Nabi Muhammad Saw bersabda, “Lapar itu inti ibadah.”

Baca Juga

Dalam Kitab Ihya Ulumuddin, menurut Syekh Nawawi, juga disebutkan bahwa Nabi Muhammad Saw bersabda, “Siapa saja yang melaparkan perutnya, maka besar pemikirannya dan pintar hatinya.”

Islam sejatinya membolehkan pengikutnya untuk memakan apa saja, kecuali yang jelas-jelas haram. Kendati demikian, dalam soal makan ini Alquran menggarisbawahi agar tidak berlebih-lebihan dan semua makanan harus tayyiban bagi tubuh.

Hal ini sejalan dengan firman Allah QS al-A’raf ayat ke-31: وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ 

“Makan dan minumlah kamu dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.”

Dalam hadits, Nabi Muhammad Saw juga bersabda bahwa orang-orang yang terlalu kenyang di dunia akan lapar di Hari Kiamat. 

Dalam hadits sahih, Thabrani dari Ibnu Abbas disebutkan, “Sesengguhnya orang yang kenyang di dunia, mereka adalah orang yang lapar di akhirat.”

Syekh Nawawi juga mengutip hadits lain. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Siapa saja yang banyak makan, maka paling banya siksanya.”

Syekh Nawawi menjelaskan, semua kesenangan di dunia nanti akan dihisab sebagaimana disebutkan dalam hadits. Dalam Alquran, Allah berfirman: 

ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ 

“Kemudian kamu pasti akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu). (QS  At-Takastur [102]:8).

Mengutip penjelasan dari kitab Minhajul Abidin, Syekh Nawawi menjelaskan tentang siksaan bagi orang yang banyak makan tersebut. Menurut dia, maksud daripada itu bukanlah siksaan neraka. Dia dicela dan kritik hanya karena tidak bersikap sopan kepada Allah Swt, yakni dengan menuruti nafsunya dan tidak beribadah kepada Allah.

Dalam Ihya Ulumuddin, menurut Syekh Nawawi, Imam Ghazali mengatakan, “Abu Said al-Khudri RA meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad Saw bersabda, “Berpakaianlah kalian semua, makanlah dan minumlah sekadar mengisi perut, karena sesungguhnya hal itu merupakan satu bagian dari kenabian.”

Terlepas dari sahih dan tidaknya, masih banyak hadits yang mengingatkan agar umat Islam tidak berlebihan dalam mengkonsumsi makanan. Dalam hadits yang diriwayatkan Ibnu Majah, Rasulullah SAW juga bersabda,

"Tidaklah seorang manusia memenuhi satu wadah yang lebih berbahaya dibandingkan perutnya sendiri. Sebenarnya seorang manusia itu cukup dengan beberapa suap makanan yang bisa menegakkan tulang punggungnya. Namun jika tidak ada pilihan lain, maka hendaknya sepertiga perut itu untuk makanan, sepertiga yang lain untuk minuman dan sepertiga terakhir untuk nafas." (HR Ibnu Majah).  m

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement