REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) meresmikan penggunaan fasilitas kesehatan pendukung uji Covid-19 dalam bentuk mobile lab BSL-2. Fasilitas ini terdapat di Rumah Sakit Mohammad Ridwan Meuraksa (RS MRM) di Jakarta Timur.
Laboratorium bergerak ini dikembangkan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Hal ini sesuai dengan ketentuan World Health Organization (WHO) yang mewajibkan standar minimal biosafety laboratory level 2 untuk penanganan Covid-19.
Menristek/Kepala BRIN, Bambang P.S Brodjonegoro mengatakan, kebutuhan mobile BSL-2 idealnya adalah untuk kebutuhan di daerah terutama luar Pulau Jawa. Keberadaan lab BSL-2 di daerah-daerah sangat sedikit dan biasanya hanya ada di ibukota provinsi.
"Kadang-kadang episentrum atau pusat penyebarannya bisa saja terjadi tidak langsung di ibukota provinsi, tapi mungkin di daerah yang jauh dari ibukota provinsi," kata Bambang, saat meresmikan lab BSL-2, di RS MRM yang disiarkan secara daring, Selasa (16/6).
Ia menjelaskan, strategi mendeteksi Covid-19 saat ini adalah testing dan tracing, mendeteksi melalu tes menjadi sangat penting khususnya untuk PCR. Bambang pun menegaskan, pihaknya siap mendukung kebutuhan laboratorium yang bersifat mobile.
"Lab yang barangkali tidak harus berada di tempat itu selamanya, tapi berada di tempat itu sampai kondisi Covid-19 dinyatakan reda untuk daerah tertentu," kata Bambang menambahkan.
Di dalam lab ini, dapat dilakukan pemeriksaan menggunakan rapid diagnostic test berbasis antibodi IgG/IgM dan real time PCR Covid-19. Laboratorium ini juga telah terintegrasi dengan aplikasi Pantau Covid-19 yang memungkinkan pasien dapat melihat hasil tesnya sekaligus berguna untuk tenaga kesehatan dalam melakukan contact tracing kepada pasien positif Covid-19.
Sementara itu, Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan, laboratorium ini mempunyai kapasitas pemeriksaan sekitar 120 spesimen per 12 jam. Artinya, selama satu hari atau 24 jam, laboratorium tersebut dapat mengejar hasil 240 hingga 262 spesimen.
Hammam juga menjelaskan, seluruh proses pendaftaran hingga digitalisasi hasil Covid-19 ini dilakukan sesuai protokol kesehatan. "Seluruh proses digitalisasi dalam pendaftaran ini sesuai dengan apa yang harus kita jalani dalam protokol kesehatan, less contact economy, yang harus kita jalankan melalui aplikasi digital. Ini akan dapat diidentifikasi oleh tenaga medis dan siap diteruskan dalam sistem pelaporan nasional," kata dia menjelaskan.