Rabu 17 Jun 2020 14:01 WIB

Beijing Batalkan Penerbangan Domestik Cegah Penularan Corona

Beijing membatalkan sejumlah penerbangan domestik demi cegah penularan virus corona

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
Sejumlah warga mengenakan masker saat melintasi pasar grosir makanan laut yang ditutup untuk pemeriksaan di Beijing, Ahad (14/6). China melaporkan total harian tertinggi kasus virus Corona dalam dua bulan setelah pasar makanan grosir terbesar di ibukota ditutup karena terdapat infeksi lokal
Foto: AP/Andy Wong
Sejumlah warga mengenakan masker saat melintasi pasar grosir makanan laut yang ditutup untuk pemeriksaan di Beijing, Ahad (14/6). China melaporkan total harian tertinggi kasus virus Corona dalam dua bulan setelah pasar makanan grosir terbesar di ibukota ditutup karena terdapat infeksi lokal

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Beijing membatalkan sejumlah penerbangan domestik sebagai langkah untuk mencegah penyebaran pandemi virus corona. Beijing menghadapi gelombang kasus baru virus corona dari sebuah klaster pasar grosir di wilayah Xinfadi.

Pejabat Beijing mencatat telah ada 31 kasus infeksi virus corona yang dikonfirmasi pada 16 Juni. Pihak berwenang Beijing telah meningkatkan level kewaspadaan menjadi tingkat dua sebagai tanggap darurat virus corona.

Baca Juga

Beijing menetapkan 27 lingkungan perumahan sebagai area yang berisiko terinfeksi virus corona. Setiap orang yang memasuki lingkungan perumahan tersebut harus melewati pemeriksaan suhu tubuh dan melakukan registrasi. Sementara, satu perumahan yang berada di dekat pasar grosir ditetapkan sebagai episentrum virus corona dengan risiko tinggi.

Jalan raya di Beijing masih ramai dengan kendaraan yang melintas. Selain itu, perkantoran dan pabrik juga masih beroperasi setelah tutup selama kurang lebih dua bulan karena lockdown. Namun, Beijing membatasi pergerakan orang yang masuk dan keluar. Data pelacak penerbangan Variflight menunjukkan, setengah dari jadwal penerbangan domestik akan mendarat di Beijing dan 40 persen penerbangan domestik lainnya akan meninggalkan Beijing.