Rabu 17 Jun 2020 14:22 WIB

JK Jelaskan Saran Sholat Jumat Dua Gelombang

Sekarang kondisinya mengharuskan jaga saf kemudian longgarkan untuk hindari Covid-19

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Esthi Maharani
Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla (JK) dan sejumlah tokoh melaksanakan ibadah shalat Jumat perdana pada masa transisi PSBB DKI Jakarta di Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta Selatan.
Foto: Tim Media JK
Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla (JK) dan sejumlah tokoh melaksanakan ibadah shalat Jumat perdana pada masa transisi PSBB DKI Jakarta di Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla (JK) mengungkapkan alasan pihaknya menyarankan agar Sholat Jumat digelar dua gelombang di tengah wabah Covid-19. Tujuannya agar seluruh umat Muslim bisa melaksanakan Sholat Jumat. JK menyatakan, banyak ulama yang menyetujui agar Sholat Jumat digelar dua gelombang.

"Solusinya ya harus dua shift dan itu sudah disetujui oleh banyak ulama dengan keputusan boleh satu kali boleh dua kali. Kita berdosa jika kita tidak memberikan kesempatan orang Sholat Jumat," ujar JK di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Rabu (17/6).

JK menjabarkan, ketika masjid tempat digelarnya Sholat Jumat memiliki kapasitas 1.000 jamaah, hanya bisa menampung 40 persen atau sekitar 400 jamaah, setelah adanya pengaturan jarak. Dimana sesuai aturan yang ada, pengurus masjid diharuskan mengatur jarak antara jamaah, minimal satu meter untuk menghindari penularan Covid-19.

"Sebelum ada Covid-19 selalu kan imam mengatakan saf jaga kemudian rapatkan. Sekarang terbalik, jaga saf kemudian longgarkan," kata JK.

JK mencontohkan gelaran Sholat Jumat di Jakarta. Dimana karena keterbatasan kapasitas membuat banyak jamaah melaksanakan Sholat Jumat di Jalan. Padahal, kata dia, Sholat Jumat di Jalan jauh lebih rentan terpapar Covid-19, karena kebersihannya yang belum terjamin dibanding sholat di dalam masjid.

"Paling berbahaya di jalan. Karena bisa saja di jalan itu ada orang batuk, atau meludah dibawa oleh mobil di jalan. Dia sholat di jalan maka sajadahnya tertular. Dia bawa sajadah ke rumah orang rumahnya juga tekena. Karena itu solusinya ya harus dua shift," ujar JK.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement