REPUBLIKA.CO.ID, ROMA - Italia menyerukan penyelidikan "independen dan transparan" untuk menemukan dan menghukum mereka yang bertanggung jawab atas kuburan massal yang baru-baru ini ditemukan di Kota Tarhuna, Libya.
Menurut data yang dirilis oleh PBB, sebanyak delapan kuburan massal telah digali dan lebih dari 150 jenazah- termasuk perempuan dan anak-anak - ditemukan. Kota Tarhuna merupakan benteng pertahanan terakhir di Libya Barat yang dikuasai oleh milisi yang setia kepada Jenderal Khalifa Haftar.
Namun, awal bulan ini pasukan pemerintah Libya berhasil mengambil alih kota dari milisi itu.
"Pemerintah Italia terheran-heran atas penemuan baru-baru ini," kata sebuah pernyataan yang dirilis Kementerian Luar Negeri, yang sekaligus menyerukan penyelidikan independen sama seperti yang diserukan oleh Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dan Perwakilan Tinggi Uni Eropa Josep Borrell.
Italia juga meminta semua pihak yang terlibat dalam konflik di Libya untuk sepenuhnya menghormati hak asasi manusia dan hukum humaniter internasional. Pemerintah Libya yang diakui secara internasional telah diserang oleh pasukan Haftar sejak April 2019 hingga menewaskan lebih dari 1.000 orang.
Pemerintah meluncurkan Operasi Badai Perdamaian pada Maret untuk melawan serangan di ibu kota, yang baru-baru ini berhasil mengambil alih sejumlah titik strategis, termasuk pangkalan udara Al-Watiya dan Kota Tarhuna.