REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Nama baru dari Korea Utara (Korut) kini kerap muncul di pemberitaan. Dia adalah Kim Yo-jong, cucu perempuan pendiri Korut Kim Il-sung, putri mantan pemimpin Korut Kim Jong-il, dan tidak lain adalah adik perempuan dari Kim Jong-un, pemimpin tertinggi Korut saat ini.
Disebutkan secara resmi untuk pertama kalinya pada 9 Maret 2014, Kim Yo-jong kemudian dikenal sebagai pejabat senior di Komite Sentral Partai Buruh Korea. Dilansir Sputnik, politisi berusia 30 tahun itu adalah direktur Departemen Propaganda dan Agitasi Partai Pekerja yang berkuasa dan karena itu bertanggung jawab atas citra publik saudaranya.
Media pemerintah baru-baru ini mengkonfirmasi bahwa Kim Yo-jong kini bertanggung jawab atas hubungan Korut dengan Korea Selatan (Korsel). Dia dianggap sebagai tokoh politik yang kuat di Korut dan perempuan tangan kanan bagi saudaranya sejak dia menemani Kim Jong-un dalam berbagai pertemuan tingkat tinggi, termasuk KTT denuklirisasi dengan Presiden AS Donald Trump dan Presiden Korsel Moon Jae-in.
Mengingat pengaruhnya, ia bahkan dijuluki "perempuan paling kuat" Korut oleh media. Dia juga menjabat sebagai anggota pengganti Politbiro Partai Buruh Korea dari 2017 hingga 2019, dan diangkat kembali ke peran tersebut pada April 2020.
Dalam perkembangan terbaru, Korut meledakkan kantor penghubung dengan Korsel di wilayah perbatasan Kaesong. Kemudian, Korut berencana mengerahkan kembali pasukannya ke wilayah perbatasan Kaesong dan Gunung Kumgang. Gunung Kumgang dan Kaesong merupakan dua simbol utama rekonsiliasi antar-Korea. Selain mengerahkan pasukan, Korut pun akan mendirikan kembali pos-pos penjagaan di Zona Demiliterisasi.
Dalam laporan terpisah, kantor berita Korut, Korean Central News Agency (KCNA), mengatakan Presiden Korsel Moon Jae-in hendak mengirim utusan khusus kepada pemimpin tertinggi Korut Kim Jong-un. Namun tawaran tersebut segera ditolak adik perempuan Kim Jong-un yang juga menjabat sebagai wakil direktur pertama dari Komite Sentra Partai Buruh Korea, Kim Yo-jong.
"Moon sangat suka mengirim utusan khusus untuk mengatasi krisis dan sering mengajukan proposal tak masuk akal. Tapi dia harus memahami dengan jelas bahwa trik seperti itu tidak akan lagi bekerja pada kami," kata Kim Yo-jong.