REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Penduduk Syam (sekarang lebih diidentikkan dengan Suriah, sebelumnya juga termasuk Palestina dan Yordania) adalah neraca baik dan buruknya umat ketika terjadi berbagai fitnah di dunia.
Hal itu disampaikan Bassam bin Khalil Ash Shafadi dalam bukunya "Tanda-tanda Kiamat di Negeri Syam". Pendapat Bassam merujuk pada hadits Rasulullah SAW dari Muawiyah bin Abdullah dari ayahnya ia berkata Rasulullah bersabda.
عَنْ أَبِيهِ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " إِذَا فَسَدَ أَهْلُ الشَّامِ ، فَلَا خَيْرَ فِيكُمْ ، وَلَا يَزَالُ أُنَاسٌ مِنْ أُمَّتِي مَنْصُورِينَ لَا يُبَالُونَ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ
"Apabila penduduk Syam telah rusak maka tidak ada lagi kebaikan di tengah-tengah kalian. Sekelompok dari umatku akan senantiasa mendapat pertolongan. Tidaklah membahayakan mereka orang yang mengabaikan mereka hingga kiamat terjadi."
Atas karunia inilah, kata Bassam, pantaslah penduduk negeri Syam bersyukur, dengan tetap menjaga kualitas iman dan takwa demi Allah SWT tetap menempatkan Syam menjadi negara tempat tinggal.
"Selamat untuk kalian, penduduk Syam atas karunia yang Allah SWT berikan karena kalian adalah neraca adil sebagai pengukur umat Islam, kalian adalah benteng kokoh umat Islam, dan kalep rasa aman yang menangkal menyingkap umat," katanya.
Ulama fiqih dari Mazhab Syafi'I, Muhammad bin Abdullah Hadi At-Tahtawi Nuruddin as-Sanadi berkata, “Sabda Nabi SAW, "Apbila penduduk Syam telah rusak maksudnya menyimpang dari ketaatan terhadap Iman. Sabda beliau maka tidak ada lagi kebaikan di tengah-tengah kalian," Khitab dalam hadits ini ditujukan pada manusia pada masa itu ketika terjadinya banyak fitnah di tengah-tengah mereka. Ini mengisyaratkan era kekuasaan muawiyah. Kemungkinan-kemungkinan yang dimaksud adalah rusaknya penduduk Syam disebabkan karena banyak kemaksiatan, kesewenang-wenangan, dan meninggalkan jihad, karena sabda beliau, "Maka tidak ada lagi kebaikan di tengah-tengah kalian" ditujukan kepada umat manusia secara keseluruhan bukan hanya untuk orang-orang Pada masa itu saja di mana sebagian diantara mereka hadir ketika Nabi menyampaikan sabda ini.
Pendapat yang rajih adalah pendapat kedua karena lafal hadits ini bersifat umum dan nabi tidak mengkhususkan yang untuk waktu tertentu ataupun untuk orang-orang tertentu sehingga hadits ini lebih utama diartikan secara umum.
Sementara ahli fiqih lain Alqari berkata sabda beliau, "Apabila penduduk Syam telah rusak maka tidak lagi kebaikan di tengah-tengah kalian" maksudnya untuk tinggal di sana dan pindah ke sana.
Bassam berpendapat, pandangan Ibnu Hibban sangat bagus terkait hadits ini dan memberinya judul Dzikru Ibtighail Fadhl Wash Shalahi li Mustauthinisiy Syam (Mencari Keutamaan dan Keshalihan Bagi Penduduk Syam).
Ibnu Al Arabi berkata, “Saya mengulas hadits-hadits tentang keutamaan keutamaan Syam dalam sunan At-Tirmidzi sebagai berikut, "Terkait pujian Nabi SAW untuk Syam, alasannya adalah karena Syam adalah tempat jihad dan ribath. Untuk itu ketika penduduk Syam rusak, maka rusak pula seluruh umat manusia, karena ketika penduduk Syam meninggalkan jihad, mereka menjadi hina."
Menurut Bassam pernyataan Ibnu Al Arabi ini mengisyaratkan keistimewaan jihad di ribath yang memiliki penduduk Syam. Ibnu Asakir menyebutkan jalur- jalur hadits ini dan juga riwayat riwayatnya dalam ath-thariq miliknya dengan judul. " Nafyul Khair' an Ahlil Islam Inda Wujud Fasadi Ahlisy Syam (Tidak Adanya Kebaikan Bagi Kaum Muslimin Ketika Kerusakan Menyebar di Kalangan Penduduk Syam).
Bassam mengatakan, Ibnu Taimiyah memiliki penuturan indah dalam menampakan isyarat Nabi SAW dalam hadiys ini. Ibnu Taimiyyah berkata, "Terkait sekelompok yang ada di Syam, Mesir, dan lainnya, mereka pada saat ini adalah para pejuang yang membela agama Islam, dan mereka adalah orang-orang yang paling layak termasuk dalam kelompok yang mendapat pertolongan. Siapa merenungkan kondisi dunia saat ini pasti mengetahui bahwa kelompok ini adalah kelompok yang paling lurus di antara kelompok-kelompok penganut Agama Islam dari sisi ilmu amal dan jihad yang ada di belahan Timur maupun barat bumi, karena merekalah orang-orang yang memerangi musuh yang memiliki kekuatan besar dari kalangan kaum musyrikin dan ahli kitab. Kaum zindiq dan munafik yang menganut keyakinan Rafidahah dan lainnya seperti kelompok Islamiyah dan Qaramithah yang sudah dikenal sejak dulu hingga kini."
Jadi, kata Bassam, kejayaan dan kemuliaan yang dimiliki kaum Muslimin di belakang timur dan barat bumi disebabkan karena kejayaan dan kemuliaan penduduk Syam. Karena itulah ketika mereka menelan kekalahan pada tahun 699 Hijriyah kaum Muslimin tertimpa kehinaan dan musibah di berbagai belahan timur dan barat bumi yang tidak diketahui seberapa besarnya selain Allah semata. Banyak kisah terkait hal ini yang tidak bisa dijelaskan.
Penyebabnya, kata Bassam, adalah karena para penduduk Yaman pada saat itu lemah dan tidak mampu berjihad, atau menyia-nyiakan jihad. Di samping mereka mematuhi raja yang berkuasa di Yaman kala itu.
Sampai-sampai dikisahkan bahwa mereka mengirim utusan untuk menyampaikan bahwa mereka patuh dan taat pada para raja Yaman yang notabene adalah raja kaum musyrikin. Ketika raja ini datang ke Aleppo yang melakukan pembantaian besar-besaran di sana.
Adapun penduduk Hijaz sebagian besar atau banyak di antara mereka yang menyimpang dari syariat omah muncul banyak sekali bidaah, kesesatan, dan perbuatan keji di tengah-tengah mereka. Hanya Allah yang mengetahui kondisi tersebut. Sementara orang-orang yang beriman dan beragama tertindas dan tidak berdaya.
Kekuatan dan kejayaan pada saat itu berada di tangan kalangan non Islam di negeri Syam. Andaikan sekelompok yang mendapat pertolongan di kala itu terhina tentu orang-orang yang mukmin hijrah menjadi manusia paling hina, terlebih Rafidhah berkuasa di tengah-tengah mereka, dan raja Tatar memerangi Allah serta Rasul Nya. Andaikan sekelompok di Syam kalah, tentu seluruh hijau akan mengalami kerusakan secara total.