Kamis 18 Jun 2020 00:41 WIB

Ini Alasannya Mengapa di Angkutan Umum Dilarang Ngobrol

Droplet yang keluar dari mulut seseorang dapat bertahan 15 menit sebelum jatuh.

Sejumlah penumpang KRL Commuter Line berada di dalam gerbong yang telah diberi marka jarak sosial di Stasiun Bogor, Jawa Barat, Kamis (11/6/2020). Penumpang transportasi publik dilarang berbicara selama di dalam angkutan umum.
Foto: Antara/Arif Firmansyah
Sejumlah penumpang KRL Commuter Line berada di dalam gerbong yang telah diberi marka jarak sosial di Stasiun Bogor, Jawa Barat, Kamis (11/6/2020). Penumpang transportasi publik dilarang berbicara selama di dalam angkutan umum.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis penyakit dalam pada Junior Doctor Network dr Edward Faisal menyarankan masyarakat pengguna transportasi publik tidak berbicara. Alasannya, untuk mencegah penyebaran virus corona tipe baru.

Menurut dr Edward, tetesan atau droplet kecil yang keluar dari mulut seseorang dan dapat bertahan 15 menit sebelum jatuh. "Untuk penumpang yang mengobrol, sebenarnya secara penelitian, dia akan mengeluarkan droplet kecil selama 15 menit. Ini menurut CDC, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit yang di Amerika. Karena itu penting diperhatikan, disarankan pakai masker untuk menahan laju droplet. Jadi tidak boleh ngobrol dulu memang," kata Edward dalam sesi talkshow Rombongan Pengguna Kereta (Roker) Mantul yang Santuy Antre dan Anti Kuman di BNPB, Jakarta, Rabu (17/6).

Baca Juga

Jadi buat masyarakat yang kebetulan menaiki transportasi publik bersama-sama, dengan teman ataupun keluarga, ia menyarankan untuk tetap menjaga jarak di dalam transportasi publik. "Pakai kode mata saja yang sedang pacaran. Nanti janjiannya di luar MRT atau commuter line," ujar dia.

Edward juga mengatakan berdasarkan penelitan diketahui jarak aman agar tidak terpapar SARS-CoV-2 penyebab penyakit Covid-19 minimal satu meter. Droplet dari seseorang yang batuk baru jatuh setelah mencapai jarak minimal satu meter. Jadi kalau ada yang masih "bermesraan" di dalam transportasi publik sebaiknya dihindari karena menjadi contoh pelaksanan protokol kesehatan yang tidak baik.

Ia juga mengingatkan agar masyarakat tidak berdesakan saat hendak masuk ke stasiun, di peron dan di dalam kereta. Tidak perlu pula menyelak penumpang lainnya karena bisa saja berisiko jika ternyata mereka orang tanpa gejala (OTG).

"Tapi saya ingatkan jangan melakukan stigma ke setiap orang ya," ujar Edward sambil mengingatkan lebih baik menjalankan protokol kesehatan secara disiplin.

Salah seorang pengguna kereta Rachma Rini mengatakan rata-rata penumpang di dalam kereta tidak mungkin tidak memegang telepon genggam, karena mereka biasanya nonton, baca Alquran, atau main game. "Tapi kalau bercakap-cakap atau menerima telepon itu itu sudah jarang," katanya.

Ia pun mengaku jika ada yang menelepon saat masih di dalam kereta biasanya tidak akan diterima untuk menghindari berbicara dan mengeluarkan droplet kecil tadi. Meski demikian dirinya mengakui masih sulit untuk tidak mengeluarkan telepon genggam di dalam kereta.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement