REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Para pemimpin dari komunitas Muslim di Inggris menyatakan kekecewaan mereka pada pawai yang digelar kalangan sayap-kanan yang berlangsung di London pada Ahad (14/6) lalu. Menyusul lebih dari sepekan pawai mendukung Black Lives Matter (BLM) yang sebagian besar berlangsung damai di London pusat, aksi protes yang berlangsung pada Ahad kemarin justru sangat berbeda.
Pawai pada Ahad tersebut diorganisir oleh koalisi dari kelompok-kelompok sayap kanan, termasuk English Defence League dan Football Lads Alliance. Aksi protes itu seolah-olah melindungi patung-patung yang secara historis penting, namun kemudian aksi berubah menjadi rasisme yang merajalela dan kekerasa terhadap polisi serta demonstran BLM.
Ketua Islamic Society of Britain, Khalid Anis, mengatakan kepada Arab News bahwa ia kecewa dengan berlangsungnya pawai sayap kanan. Pasalnya, aksi pawai justru berubah menjadi perkelahian yang dipenuhi alkohol. Selain itu, mereka melakukan serangan terhadap polisi, penghormatan Nazi dan meludahi orang-orang di taman.
"Itu mengerikan. Saya berharap hukum sepenuhnya ditimpakan kepada mereka. Inggris yang saya kenali dan cintai, rumah bagi saya dan keluarga saya, adalah kebalikan dari apa yang kami lihat di jalan," kata Anis, dilansir di Arab News, Rabu (17/6).
Anggota dewan di Faiths Forum for London, Muddassar Ahmed, mengatakan bahwa ia sangat sedih melihat begitu banyak orang meninggalkan rumah mereka selama pandemi untuk melakukan pawai menentang kehadiran orang-orang sepertinya yang Muslim di negara itu. Baginya, gerakan BLM mewakili Inggris yang dia kenal. Para pemrotes sayap kanan, kata dia, berdemonstrasi menentang Inggris yang progresif dan berpikiran terbuka yang sudah ada.
"Mereka adalah peninggalan masa lalu yang rasis. Inggris berarti terbuka dengan budaya lain dan berpikiran terbuka. Di satu sisi, mereka sangat anti-Inggris," ujarnya.
Polisi mengatakan, setidaknya 23 petugas terluka dalam aksi protes pada Ahad tersebut. Sejauh ini, mereka telah melakukan 113 penangkapan.
Mereka yang ditangkap termasuk seorang pria yang sekarang telah dipenjara karena mengencingi sebuah peringatan kepada seorang petugas polisi yang meninggal saat berhadapan dengan seorang teroris pada 2017. Sementara itu, Perdana Menteri Boris Johnson mengunggah pernyataan di Twitter, yang mengatakan bahwa premanisme rasis tidak memiliki tempat di jalan-jalan di Inggris.
"Rasisme tidak memiliki bagian di Inggris dan kami harus bekerja bersama untuk mewujudkannya," kata Johnson.